Dalam bab-bab sebelumnya, kita melihat bahwa di alam                tidak ada mekanisme yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Makhluk                hidup muncul bukan akibat proses evolusi, melainkan secara tiba-tiba                dalam bentuk yang sempurna. Mereka diciptakan sendiri-sendiri. Oleh                karena itu, jelaslah bahwa "evolusi manusia" juga merupakan sebuah                kisah yang tidak pernah terjadi.
Lalu, apa yang digunakan evolusionis sebagai pijakan                untuk dongeng ini? Dasarnya adalah keberadaan fosil yang berlimpah                sehingga evolusionis dapat membangun penafsiran imajinatif. 
Sepanjang sejarah, telah hidup lebih dari 6.000 spesies                kera dan kebanyakan dari mereka telah punah. Kini hanya 120 spesies                kera yang masih hidup di bumi. Sekitar 6.000 spesies kera ini, mayoritas                telah punah, menjadi sumber yang kaya bagi evolusionis.
Evolusionis menulis skenario evolusi manusia dengan menyusun                sejumlah tengkorak yang cocok dengan tujuan mereka, berurutan dari                yang terkecil hingga yang terbesar, lalu menempatkan di antara mereka                tengkorak beberapa ras manusia yang telah punah. Menurut skenario                ini, manusia dan kera modern memiliki nenek moyang yang sama. Nenek                moyang ini berevolusi sejalan dengan waktu. Sebagian dari mereka                menjadi kera modern, sedangkan kelompok lain berevolusi melalui                jalur yang berbeda, menjadi manusia masa kini. Akan tetapi, semua                temuan paleontologi, anatomi dan biologi menunjukkan bahwa pernyataan                evolusi ini fiktif dan tidak sahih seperti semua pernyataan evolusi                lainnya. Tidak ada bukti-bukti kuat dan nyata untuk menunjukkan                kekerabatan antara manusia dan kera. Yang ada hanyalah pemalsuan,                penyimpangan, gambar-gambar serta komentar-komentar menyesatkan.
Catatan fosil mengisyaratkan kepada kita bahwa sepanjang                sejarah, manusia tetap manusia, dan kera tetap kera. Sebagian fosil                yang dinyatakan evolusionis sebagai nenek moyang manusia berasal                dari ras manusia yang hidup hingga akhir-akhir ini sekitar 10.000                tahun lalu dan kemudian menghilang. Selain itu, banyak orang masa                kini memiliki penampilan dan karakteristik fisik yang sama dengan                ras-ras manusia yang punah, yang dinyatakan evolusionis sebagai                nenek moyang manusia. Semua ini adalah bukti nyata bahwa manusia                tidak pernah mengalami proses evolusi sepanjang sejarah.
Bukti terpenting adalah perbedaan anatomis yang besar                antara kera dan manusia, dan tidak satu pun di antara perbedaan                tersebut muncul melalui proses evolusi. "Bipedalitas" (kemampuan                berjalan dengan dua kaki) adalah salah satu di antaranya. Seperti                yang akan diuraikan lebih lanjut, bipedalitas hanya terdapat pada                manusia dan merupakan salah satu sifat terpenting yang membedakan                manusia dengan hewan.
Silsilah Imajiner Manusia 
Darwinis menyatakan bahwa manusia modern saat ini berevolusi                dari makhluk serupa kera. Menurut mereka, selama proses evolusi                yang diperkirakan berawal 4-5 juta tahun lalu, terdapat beberapa                "bentuk transisi" antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut                skenario yang sepenuhnya rekaan ini, terdapat empat "kategori" dasar:
1. Australopithecus
2. Homo habilis
3. Homo erectus
4. Homo sapiens
Evolusionis menyebut nenek moyang pertama manusia dan                kera sebagai "Australopithecus", yang berarti "Kera Afrika                Selatan". Australopithecus hanyalah spesies kera kuno yang telah                punah, dan memiliki beragam tipe. Sebagian berperawakan tegap, dan                sebagian lain bertubuh kecil dan ramping.
Evolusionis menggolongkan tahapan evolusi manusia berikutnya                sebagai "homo", yang berarti "manusia". Menurut pernyataan                evolusionis, makhluk hidup dalam kelompok Homo lebih berkembang                daripada Australopithecus, dan tidak terlalu berbeda dengan manusia                modern. Manusia modern di zaman kita, Homo sapiens, dikatakan terbentuk                pada tahapan terakhir evolusi spesies ini.
Satu                        Tulang Rahang Sebagai Sumber Inspirasi                            ![]() Fosil Ramapithecus pertama yang ditemukan: tulang rahang yang hilang, terdiri dari dua bagian (kanan). Evolusionis dengan berani menggambarkan Ramapithecus, keluarga dan lingkungan tempat tinggal mereka, hanya berdasarkan tulang rahang ini.  |                  
Fosil-fosil seperti "Manusia Jawa", "Manusia                Peking", dan "Lucy", yang senantiasa muncul di media                massa, jurnal dan buku-buku kuliah evolusionis, termasuk dalam salah                satu dari keempat spesies di atas. Spesies-spesies ini juga diasumsikan                bercabang menjadi sub-sub spesies.
Sejumlah kandidat bentuk transisi dari masa lampau, seperti                Ramapithecus, harus dikeluarkan dari silsilah imajiner evolusi                manusia setelah diketahui mereka adalah kera biasa.
Dengan menyusun rantai hubungan sebagai: "Australopithecus                > Homo habilis > Homo erectus > Homo sapiens", evolusionis                menyatakan bahwa masing-masing spesies ini adalah nenek moyang spesies                lainnya. Akan tetapi, temuan ahli-ahli paleoantropologi baru-baru                ini meng-ungkapkan bahwa Australopithecus, Homo habilis dan Homo                erectus hidup di belahan bumi berbeda pada masa yang sama. Selain                itu, suatu segmen manusia tertentu yang digolongkan sebagai Homo                erectus ternyata hidup hingga zaman modern. Homo sapiens neandartalensis                dan Homo sapiens sapiens (manusia modern) pernah hidup bersama di                wilayah yang sama. Situasi ini jelas menunjukkan ketidakabsahan                pernyataan bahwa mereka adalah nenek moyang bagi yang lain.
Pada hakikatnya, semua temuan dan penelitian ilmiah telah                mengungkapkan bahwa catatan fosil tidak mengisyaratkan proses evolusi                seperti yang dikemukakan evolusionis. Fosil-fosil tersebut, yang                mereka katakan sebagai nenek moyang manusia, ternyata milik suatu                ras manusia atau milik spesies kera.
Lalu, yang manakah fosil manusia dan yang manakah fosil                kera? Mungkinkah salah satu dari keduanya bisa dianggap sebagai                bentuk transisi? Untuk mendapatkan jawabannya, mari kita amati masing-masing                kategori.
Australopithecus: Spesies Kera
Australopithecus, kategori pertama, berarti "kera dari                selatan". Makhluk ini diduga pertama kali muncul di Afrika sekitar                4 juta tahun lalu dan hidup hingga 1 juta tahun lalu. Australopithecus                memiliki beberapa kelas. Evolusionis berasumsi bahwa spesies Australopithecus                tertua adalah A. afarensis. Setelah itu muncul A. africanus, yang                memiliki kerangka lebih ramping, dan kemudian A. robustus, yang                memiliki kerangka relatif lebih besar. Sedangkan untuk A. boisei,                sejumlah peneliti menganggapnya spesies yang berbeda dan sebagian                lagi menggolongkannya dalam sub spesies dari A. robustus.
Semua spesies Australopithecus adalah kera yang sudah                punah dan menyerupai kera masa kini. Ukuran tengkorak mereka                sama atau lebih kecil dari simpanse yang hidup di masa sekarang.                Terdapat bagian menonjol pada tangan dan kaki mereka yang digunakan                untuk memanjat pohon seperti simpanse zaman sekarang, dan kaki mereka                memiliki kemampuan menggenggam dahan. Mereka bertubuh pendek (maksimum                130 cm) dan seperti simpanse masa kini, Australopithecus jantan                lebih besar dari Australopithecus betina. Sekian banyak karakteristik                seperti detail pada tengkorak, kedekatan kedua mata, gigi geraham                yang tajam, struktur rahang, lengan yang panjang, kaki yang pendek,                merupakan bukti bahwa makhluk hidup ini tidak berbeda dengan kera                zaman sekarang.
Evolusionis menyatakan bahwa meskipun Australopithecus                memiliki anatomi kera, mereka berjalan dengan tegak seperti manusia                dan bukan seperti kera.
Pernyataan "berjalan tegak" ini ternyata telah                dipertahankan selama puluhan tahun oleh sejumlah ahli paleoantropologi                seperti Richard Leakey dan Donald C. Johanson. Namun, banyak ilmuwan                telah melakukan penelitian pada struktur kerangka Australopithecus                dan membuktikan ketidakabsahan argumentasi tersebut. Penelitian                menyeluruh pada beragam spesimen Australopithecus oleh dua ahli                anatomi kelas dunia dari Inggris dan Amerika Serikat, Lord Solly                Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, menunjukkan bahwa makhluk ini                tidak bipedal dan bergerak seperti kera masa kini. 
Setelah mempelajari                fosil-fosil ini selama 15 tahun dengan segala perlengkapan yang                diberikan pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang beranggotakan                5 orang spesialis sampai pada kesimpulan bahwa Australopithecus                hanya spesies kera biasa dan pasti tidak bipedal.                Zuckerman sendiri adalah seorang evolusionis. Begitu pula Charles E. Oxnard, evolusionis yang terkenal                dengan penelitiannya pada subjek tersebut, menyamakan struktur kerangka                Australopithecus dengan milik orang utan modern. Akhirnya, pada tahun 1994, sebuah tim dari Universitas                Liverpool Inggris melakukan riset menyeluruh untuk mencapai suatu                kesimpulan yang pasti. Mereka berkesimpulan bahwa "Australopithecus                adalah kuadripedal".                
Singkatnya, Australopithecus tidak memiliki kekerabatan                dengan manusia dan mereka hanyalah spesies kera yang telah punah.
Homo Habilis: Kera yang Dinyatakan                sebagai Manusia
Kemiripan struktur kerangka dan tengkorak Australopithecus                dengan simpanse, dan penolakan terhadap pernyataan bahwa makhluk                ini berjalan tegak, telah sangat menyulitkan ahli paleoantropologi                pro evolusi. Karena, menurut skema evolusi rekaan mereka, Homo erectus                muncul setelah Australopithecus. Karena awalan kata "homo" berarti                "manusia", maka Homo erectus tergolong kelas manusia berkerangka                tegak.
 Ukuran tengkoraknya dua kali lebih besar dari Australopithecus.                Peralihan lang-sung dari Australopithecus, yakni seekor kera mirip                simpanse, ke Homo erectus yang berkerangka sama dengan manusia                modern, adalah mustahil bahkan menurut teori mereka sendiri. Jadi,                diperlukan "mata rantai", yakni "bentuk transisi". Dan konsep Homo                habilis muncul untuk memenuhi kebutuhan ini.
Australopithecus Aferensis:  Kera yang Telah Punah 
  |                  
Pengelompokan Homo habilis diajukan pada tahun 1960-an                oleh Keluarga Leakey, sebuah keluarga "pemburu fosil". Menurut Leakey,                spesies baru yang mereka kelompokkan sebagai Homo habilis memiliki                kapasitas tengkorak relatif besar, kemampuan berjalan tegak dan                menggunakan peralatan dari batu dan kayu. Karena itu, mungkin saja                ia adalah nenek moyang manusia.
Fosil-fosil baru dari spesies yang sama ditemukan pada                akhir tahun 1980-an, dan mengubah total pandangan ini. Sejumlah                peneliti seperti Ber-nard Wood dan C. Loring Brace, berdasarkan                fosil-fosil baru tersebut mengatakan bahwa Homo habilis, yang berarti                "manusia yang mampu menggunakan alat" seharusnya digolongkan sebagai                Australopithecus habilis yang berarti "kera Afrika Selatan yang                mampu menggunakan alat", karena Homo habilis memiliki banyak kesamaan                ciri dengan kera Australopithecus. Ia memiliki lengan yang panjang,                kaki yang pendek dan struktur kerangka mirip kera seperti Australopithecus.                Jari tangan dan jari kakinya cocok untuk memanjat. Struktur tulang                rahangnya sangat mirip dengan rahang kera masa sekarang. Rata-rata                kapasitas tengkoraknya yang 600 cc juga mengindikasi fakta bahwa                Homo habilis adalah kera. Singkatnya, Homo habilis, yang diklaim                sebagai spesies berbeda oleh se-jumlah evolusionis, ternyata merupakan                spesies kera seperti semua Australopithecus yang lain.
Penelitian yang dilakukan pada tahun-tahun berikutnya                benar-benar menunjukkan bahwa Homo habilis tidak berbeda dengan                Australopithecus. Fosil tengkorak dan kerangka OH26 yang ditemukan                Tim White menunjukkan bahwa spesies ini memiliki kapasitas tengkorak                kecil, lengan panjang serta kaki pendek yang memungkinkannya                memanjat pohon; tidak berbeda dengan kera modern. 
Analisis terperinci yang dilakukan ahli antropologi Amerika,                Holly Smith, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa Homo habilis bukan                "homo", atau "manusia", melainkan "kera". 
Mengenai analisis yang dilakukannya terhadap gigi-gigi                Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus dan Homo neandertalensis,                Smith menyatakan:
Dengan membatasi analisis hanya pada spesimen-spesimen yang memenuhi kriteria ini, pola perkembangan gigi Australopithecus dan Homo habilis menunjukkan bahwa mereka sekelompok dengan kera Afrika. Sedangkan Homo erectus dan Neandertal diklasifikasikan dengan manusia.
Homo Habilis: Satu Lagi Kera yang  Telah Punah  Sudah                          sejak lama para evolusionis menyatakan bahwa makhluk yang                          mereka namakan Homo habilis dapat berjalan tegak. Mereka                          beranggapan telah menemukan mata rantai penghubung antara                          kera dengan manusia. Akan tetapi, fosil-fosil baru Homo                          habilis yang ditemukan Tim White pada tahun 1986 dan diberi                          nama OH 62 membantah klaim ini. Fragmen fosil ini memperlihatkan                          bahwa Homo habilis berlengan panjang dan berkaki pendek                          seperti kera modern. Fosil ini mengakhiri klaim bahwa                          Homo habilis adalah makhluk bipedal yang dapat berjalan                          tegak. Ternyata, Homo habilis juga tidak lebih dari spesies                          kera. "Homo                          habilis OH 7" di samping kanan adalah fosil yang paling                          baik menggambarkan karakteristik rahang Homo habilis.                          Fosil rahang ini memiliki gigi seri yang besar. Gigi gerahamnya                          kecil. Bentuk rahang persegi. Semua ciri ini membuat rahang                          ini sangat mirip dengan rahang kera masa kini. Dengan                          kata lain, rahang Homo habilis menegaskan sekali lagi                          bahwa makhluk ini adalah sejenis kera.  |                  
Tahun itu juga, tiga spesialis anatomi, Fred Spoor, Bernard Wood                dan Frans Zonneveld, menarik kesimpulan serupa melalui metode yang                sama sekali berbeda. Metode ini berdasarkan analisis perbandingan                saluran setengah lingkaran pada telinga bagian dalam milik manusia                dan kera yang berfungsi menjaga keseimbangan. Saluran ini berbeda                jauh antara manusia yang berjalan tegak, dengan kera yang berjalan                membungkuk. Saluran telinga bagian dalam pada semua Australopithecus                serta spesimen Homo habilis yang diteliti oleh Spoor, Wood dan Zonneveld,                sama seperti pada kera modern. Saluran telinga bagian dalam pada                Homo erectus sama dengan pada manusia modern.
Temuan ini membuahkan dua hasil penting:
1. Fosil-fosil yang dikatakan sebagai Homo habilis sebenarnya                tidak termasuk kelas "homo", atau manusia, tetapi kelas Australopithecus,                atau kera.
2. Baik Homo habilis maupun Australopithecus adalah makhluk                hidup yang berjalan membungkuk, dan karenanya memiliki kerangka                kera. Mereka tidak memiliki hubungan apa pun dengan manusia.
Homo Rudolfensis: Susunan Wajah yang                Salah
Homo rudolfensis adalah nama yang diberikan kepada beberapa                bagian fosil yang ditemukan pada tahun 1972. Kelompok yang diwakili                fosil ini juga dinamai Homo rudolfensis karena ditemukan di dekat                Sungai Rudolf di Kenya. Mayoritas ahli paleoantropologi menyetujui                bahwa fosil-fosil ini tidak berasal dari spesies yang berbeda, melainkan                termasuk Homo habilis.
Richard Leakey, penemu fosil tersebut, memperkenalkan                tengkorak yang dinamai "KNM-ER 1470" dan dinyatakan berusia 2,8                juta tahun itu sebagai penemuan terbesar dalam sejarah antropologi                dan berpengaruh luas. Menurut Leakey, makhluk berukuran tengkorak                kecil seperti Australopithecus namun berwajah manusia tersebut adalah                mata rantai yang hilang antara Australopithecus dan manusia. Akan                tetapi, tidak berapa la-ma kemudian diketahui bahwa wajah mirip                manusia dari tengkorak KNM-ER 1470 yang sering tampil pada sampul                depan majalah-majalah ilmiah adalah hasil penggabungan fragmen-fragmen                tengkorak secara keliru-yang mungkin dilakukan dengan sengaja. Prof.                Tim Bromage, pengkaji anatomi wajah manusia, menjelaskan kenyataan                yang diungkapkannya dengan bantuan simulasi komputer ini pada tahun                1992:
Ketika KNM-ER 1470 pertama kali direkonstruksi, wajahnya dilekatkan pada tengkorak dalam posisi hampir vertikal, sangat menyerupai wajah datar manusia modern. Akan tetapi penelitian baru-baru ini mengenai hubungan-hubungan anatomis menunjukkan bahwa pada masa hidupnya wajah itu seharusnya sangat menonjol, memunculkan aspek mirip kera, agak mirip dengan wajah Australopithecus.
 Mengenai kasus ini, seorang ahli paleoantropologi evolusionis,                J. E. Cronin, menyatakan:
"... wajahnya yang dikonstruksi relatif kokoh, naso-alveolar clivus yang agak datar (mengarah wajah cembung Australopithecus), lebar-maksimum tengkorak yang rendah (pada bagian temporal), gigi taring yang kuat dan geraham yang besar (seperti yang ditunjukkan oleh sisa akarnya), seluruhnya merupakan sifat-sifat yang relatif primitif, yang menghubungkan spesimen tersebut dengan kelompok A. africanus."
C. Loring Brace dari Universitas Michigan berkesimpulan                sama setelah ia menganalisis struktur rahang dan gigi tengkorak                1470. Menurutnya, ukuran rahang dan bagian yang ditumbuhi gigi geraham                menunjukkan bahwa ER 1470 memiliki wajah dan gigi Australopithecus. 
Prof. Alan Walker, ahli paleoantropologi dari Universitas                John Hopkins telah melakukan banyak penelitian pada KNM-ER 1470                seperti halnya Leakey, dan bersikeras bahwa makhluk hidup ini seharusnya                tidak dikelompokkan sebagai "homo" atau spesies manusia seperti                Homo habilis atau Homo rudolfensis, tetapi harus dimasukkan ke dalam                spesies Australopithecus.
Jadi, pengelompokan seperti Homo habilis atau                Homo rudolfensis yang dikatakan sebagai bentuk transisi antara                Australopithecines dengan Homo erectus, sepenuhnya hanyalah rekaan.                Sebagaimana dikuatkan oleh banyak peneliti masa kini, makhluk-makhluk                hidup ini adalah anggota Australopithecus. Seluruh ciri anatomis                memperlihatkan bahwa mereka adalah spesies kera.
Setelah makhluk-makhluk ini, yang ternyata semuanya spesies                kera, kemudian muncul fosil-fosil "homo" yang merupakan fosil-fosil                manusia.
Homo Erectus dan Setelahnya: Manusia
Menurut skema rekaan evolusionis, evolusi internal spesies                Homo adalah sebagai berikut: pertama Homo erectus, kemudian Homo                sapiens purba dan Manusia Neandertal, lalu Manusia Cro-Magnon dan                terakhir manusia modern. Akan tetapi, semua klasifikasi ini ternyata                hanya ras-ras asli manusia. Perbedaan di antara mereka tidak lebih                dari perbedaan antara orang Inuit (eskimo) dengan negro atau antara                pigmi dengan orang Eropa.
Mari kita terlebih dulu mengkaji Homo erectus, yang dikatakan                sebagai spesies manusia paling primitif. Kata "erect" berarti "tegak",                maka "Homo erectus" berarti "manusia yang berjalan tegak". Evolusionis                harus memisahkan manusia-manusia ini dari yang sebelumnya dengan                menambahkan ciri "tegak", sebab semua fosil Homo erectus bertubuh                tegak, tidak seperti spesimen Australopithecus atau Homo habilis.                Jadi, tidak terdapat perbedaan antara kerangka manusia modern                dan Homo erectus.
Alasan utama evolusionis mendefinisikan Homo erectus                sebagai "primitif" adalah ukuran tengkoraknya (900-1100 cc) yang                lebih kecil dari rata-rata manusia modern, dan tonjolan alisnya                yang tebal. Namun, banyak manusia yang hidup di dunia sekarang                memiliki volume tengkorak sama dengan Homo erectus (misalnya                suku Pigmi) dan ada beberapa ras yang memiliki alis menonjol (seperti                suku Aborigin Australia).
Sudah menjadi fakta yang disepakati bersama bahwa perbedaan                ukuran tengkorak tidak selalu menunjukkan perbedaan kecerdasan atau                kemampuan. Kecerdasan bergantung pada organisasi internal otak,                dan bukan pada volumenya.
Fosil yang telah menjadikan Homo erectus terkenal di                dunia adalah fosil Manusia Peking dan Manusia Jawa                yang ditemukan di Asia. Akan tetapi, akhirnya diketahui bahwa dua                fosil ini tidak bisa diandalkan. Manusia Peking terdiri dari beberapa                bagian yang terbuat dari plester untuk menggantikan bagian asli                yang hilang. Sedangkan Manusia Jawa "tersusun" dari fragmen-fragmen                tengkorak, ditambah dengan tulang panggul yang ditemukan beberapa                meter darinya, tanpa indikasi bahwa tulang-tulang tersebut berasal                dari satu makhluk hidup yang sama. Itu sebabnya fosil Homo erectus                yang ditemukan di Afrika menjadi lebih penting.
 (Perlu diketahui                pula bahwa sejumlah fosil yang dikatakan sebagai Homo erectus, oleh                sebagian evolusionis dimasukkan ke dalam kelompok kedua yang diberi                nama "Homo ergaster". Ada perbedaan pendapat di antara mereka tentang                masalah ini. Kita akan menganggap semua fosil ini termasuk kelompok                Homo erectus).
Homo Erectus:                          Ras Manusia Kuno ![]()                            Homo erectus berarti "manusia tegak". Semua fosil                          yang termasuk spesies ini berasal dari ras-ras manusia                          tertentu. Karena sebagian besar fosil Homo erectus tidak                          memiliki karakteristik yang sama, sungguh sulit mendefinisikan                          mereka berdasarkan tengkoraknya. Itu sebabnya peneliti                          evolusionis yang berbeda membuat klasifikasi dan penamaan                          yang berbeda pula. Kiri atas adalah tengkorak yang ditemukan                          di Koobi Fora, Afrika pada tahun 1975 yang secara umum                          mendefinisikan Homo erectus. Kanan atas adalah tengkorak                          Homo ergaster KNM-ER 3733, yang masih dipertanyakan. Ukuran tengkorak dari                          beragam fosil Homo erectus ini berkisar antara 900 hingga                          1100 cc. Angka ini masih dalam batas ukuran tengkorak                          manusia modern. Kerangka KNM-WT 15000                          atau Anak Turkana di sebelah kanan barangkali fosil manusia                          tertua dan terlengkap yang pernah ditemukan. Penelitian                          terhadap fosil yang di-perkirakan berusia 1,6 juta tahun                          ini menunjukkan bahwa pemiliknya seorang anak berusia                          12 tahun yang bisa mencapai tinggi dewasa sekitar 1,80                          m. Fosil yang sangat menyerupai ras Neandertal ini adalah                          salah satu bukti paling kuat yang menggugurkan kisah evolusi                          manusia. Evolusionis Donald Johnson                          melukiskan fosil ini sebagai berikut: "Ia tinggi dan kurus.                          Bentuk tubuh dan perbandingan antara tangan dan kakinya                          sama dengan orang Afrika Khatulistiwa yang hidup saat                          ini. Ukuran tangan dan kakinya cocok sekali dengan orang                          dewasa kulit putih Amerika Utara masa kini."  |                  
Spesimen Homo erectus paling terkenal dari Afrika adalah                fosil "Narikotome homo erectus" atau "Anak Lelaki Turkana",                yang ditemukan dekat danau Turkana, Kenya. Dipastikan bahwa fosil                tersebut milik seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, yang mungkin                akan mencapai tinggi dewasa 1,83 meter. Struktur kerangka yang tegak                dari fosil tidak berbeda dengan manusia modern. 
Mengenai ini, seorang                ahli paleoantropologi Amerika, Alan Walker, meragukan kemampuan                ahli patologi kebanyakan untuk membedakan kerangka fosil tersebut                dengan kerangka manusia modern." Tentang tengkorak tersebut, Walker berkata bahwa                "tengkorak itu tampak sangat mirip dengan Neandertal". Seperti yang akan kita temukan pada bab berikutnya,                Neandertal adalah ras manusia modern. Jadi, Homo erectus adalah                ras manusia modern juga.
 "Manusia                        prasejarah ternyata lebih cerdas dari yang kita duga…"Berita yang                        dimuat di New Scientist pada tanggal 14 Maret 1998 ini mengungkapkan                        bahwa manusia yang oleh evolusionis disebut Homo erectus                        telah melakukan pelayaran 700 ribu tahun lalu. Manusia ini                        memiliki pengetahuan dan teknologi yang cukup untuk membangun                        kapal serta memiliki kebudayaan yang menggunakan alat perhubungan                        laut, karenanya tidak bisa dikatakan "primitif".  |                  
Bahkan evolusionis Richard Leakey menyatakan bahwa perbedaan                antara Homo erectus dan manusia modern tidak lebih dari variasi                ras:
Perbedaan bentuk tengkorak, tingkat tonjolan wajah, kekokohan dahi dan sebagainya akan terlihat. Perbedaan-perbedaan ini mungkin seperti yang kita saksikan saat ini pada ras-ras manusia modern yang terpisah secara geografis. Variasi biologis semacam ini muncul ketika populasi-populasi saling terpisah secara geografis untuk kurun waktu yang lama.
Prof. William Laughlin dari Universitas Connecticut melakukan                pengujian anatomi menyeluruh terhadap orang-orang Inuit dan orang-orang                yang hidup di kepulauan Aleut. Ia mendapati mereka sangat mirip                dengan Homo erectus. Laughlin berkesimpulan bahwa semua ras ini                ternyata ras-ras yang bervariasi dari Homo sapiens (manusia modern).
Di lain pihak, terdapat jurang pemisah yang lebar antara                Homo erectus, suatu ras manusia, dan kera yang mendahului Homo erectus                dalam skenario "evolusi manusia" (Australopithecus, Homo habilis,                Homo rudolfensis). Ini berarti bahwa manusia pertama muncul secara                tiba-tiba dalam catatan fosil dan tanpa sejarah evolusi apa pun.                Hal ini sudah cukup jelas mengindikasikan bahwa mereka diciptakan.
Akan tetapi, pengakuan atas fakta ini akan sangat bertentangan                dengan filsafat dogmatis dan ideologi evolusionis. Karenanya, mereka                mencoba menggambarkan Homo erectus, ras manusia sesungguhnya, sebagai                makhluk separo kera. Pada rekonstruksi Homo erectus, evolusionis                berkeras menggambarkan ciri-ciri kera. Sebaliknya, dengan metode                penggambaran yang sama, mereka memanusiakan kera seperti Australopithecus                atau Homo habilis. Dengan cara ini, mereka berupaya "mendekatkan"                kera dan manusia, dan menutup celah antara dua kelompok makhluk                hidup yang berbeda ini.
Neandertal
![]() TOPENG PALSU: Meskipun tidak berbeda dengan manusia modern, Neandertal masih saja dilukiskan oleh evolusionis sebagai makhluk mirip kera  |                  
Neandertal adalah manusia yang tiba-tiba muncul 100 ribu                tahun lalu di Eropa dan kemudian menghilang - atau terasimilasi                melalui pembauran dengan ras-ras lain secara diam-diam namun cepat,                35 ribu tahun lalu. Perbedaan antara mereka dengan manusia modern                hanyalah kerangka tubuh yang lebih kekar dan kapasitas tengkorak                mereka sedikit lebih besar.
Neandertal adalah ras manusia, dan kenyataan ini sekarang                diakui oleh hampir semua orang. Evolusionis telah berusaha keras                menampilkan mereka sebagai "spesies primitif", namun semua temuan                menunjukkan bahwa Neanderthal tidak berbeda dengan orang berperawakan                "kekar" yang lewat di jalan saat ini. Seorang pakar dalam hal ini,                Erik Trinkaus, ahli paleoantropologi dari Universitas New Mexico                menulis:
Banyak peneliti modern menggolongkan manusia Neandertal                sebagai suatu sub spesies dari manusia modern dan menamakannya "Homo                sapiens neandertalensis". Temuan-temuan membuktikan bahwa Neandertal                mengubur mayat kerabat mereka, membuat alat musik dan memiliki hubungan                kebudayaan dengan Homo sapiens sapiens yang hidup seperiode. Tegasnya,                Neandertal adalah ras manusia bertubuh "kekar" yang menghilang seiring                perjalanan masa.
Homo Sapiens Kuno, Homo Heilderbergensis                dan Manusia Cro-Magnon
Dalam skema evolusi rekaan, Homo sapiens kuno adalah                tahapan terakhir sebelum manusia modern. Pada kenyataannya, evolusionis                tidak dapat berkata banyak tentang manusia ini, karena hanya ada                sedikit perbedaan antara mereka dengan manusia modern. Sejumlah                peneliti bahkan mengatakan bahwa representasi ras ini masih hidup                hingga sekarang, dan merujuk kepada orang Aborigin di Australia                sebagai contoh. Seperti Homo sapiens, orang Aborigin juga memiliki                alis tebal yang menonjol, struktur rahang miring ke dalam dan kapasitas                tengkorak sedikit lebih kecil. Di samping itu, sejumlah penemu-an                penting mengisyaratkan bahwa manusia semacam itu pernah hidup di                Hongaria dan di beberapa desa di Italia hingga beberapa waktu lalu.
![]() ![]() Neandertal: Manusia Kekar Di atas ini adalah tengkorak Homo sapiens neandertalensis, tengkorak Amud 1 yang ditemukan di Israel. Manusia Neanderthal umumnya dikenal berperawakan kekar tapi pendek. Akan tetapi, pemilik fosil ini diperkirakan bertinggi badan 1,80 m. Kapasitas tengkorak terbesar dari yang pernah dijumpai: 1740 cc. Karena itu, fosil tersebut termasuk bukti penting yang dengan telak menghancurkan klaim bahwa Neandertal adalah spesies primitif.  |                  
Kelompok yang disebut sebagai Homo heilderbergensis dalam                literatur evolusionis ternyata sama dengan Homo sapiens kuno. Dua                istilah berbeda ini digunakan untuk mendefinisikan ras manusia yang                sama, karena perbedaan konsep di kalangan evolusionis. Semua fosil                yang termasuk dalam golongan Homo heilderbergensis menunjukkan bahwa                kelompok manusia yang secara anatomis sangat mirip dengan orang                Eropa modern telah hidup 500 ribu dan bahkan 740 ribu tahun sebelumnya,                pertama di Inggris dan kemudian di Spanyol.
Diperkirakan manusia Cro-Magnon hidup 30.000 tahun lalu.                Manusia ini memiliki tengkorak berbentuk kubah dan dahi yang lebar.                Kapasitas tengkoraknya 1.600 cc, di atas rata-rata untuk manusia                modern. Tengkoraknya memiliki tonjolan alis yang tebal dan tonjolan                tulang di bagian belakang yang merupakan ciri manusia Neanderthal                dan Homo erectus.
Kendati Cro-Magnon dianggap suatu ras Eropa, struktur                dan volume tengkoraknya tampak lebih mirip tengkorak ras-ras yang                hidup di Afrika dan daerah tropis saat ini. Berdasarkan ini, Cro-Magnon                diperkirakan sebagai suatu ras Afrika kuno. Sejumlah temuan paleoantropologi                telah menunjukkan bahwa ras Cro-Magnon dan Neandertal saling membaur,                kemudian mengawali ras-ras dewasa ini. Sekarang sudah diakui bahwa                representasi dari ras Cro-Magnon masih hidup di beberapa wilayah                di benua Afrika, dan di daerah Salute dan Dordogne di Prancis. Kelompok                manusia berkarakteristik sama juga hidup di Polandia dan Hongaria.
Hidup Sezaman dengan Nenek Moyang
Kajian kita sejauh ini telah membentuk sebuah gambaran                jelas: skenario "evolusi manusia" hanyalah fiksi. Agar silsilah                seperti itu ada, evolusi bertahap dari kera hingga manusia seharusnya                sudah terjadi dan catatan fosil dari proses ini seharusnya telah                ditemukan. Akan tetapi, ada jarak pemisahkan sangat lebar antara                kera dan manusia. Struktur kerangka, kapasitas tempurung kepala                dan kriteria lain seperti berjalan tegak atau sangat membungkuk,                membedakan manusia dari kera. (Dari hasil riset tahun 1994 tentang                saluran keseimbangan pada telinga bagian tengah, Australopithecus                dan Homo habilis dikelompokkan sebagai kera, sedangkan Homo erectus                dikelompokkan sebagai manusia.)
Satu lagi temuan penting yang membuktikan bahwa tidak                mungkin ada silsilah keluarga di antara spesies yang berbeda-beda                ini adalah: spesies yang ditampilkan sebagai nenek moyang dan penerusnya                ternyata hidup bersamaan. Jika anggapan evolusionis benar bahwa                Australopithecus berubah menjadi Homo habilis dan kemudian berubah                menjadi Homo erectus, maka seharusnya mereka hidup pada era yang                berurutan. Akan tetapi, tidak ada urutan kronologis seperti itu.
![]() JARUM BERUSIA 26 RIBU TAHUN: Inilah sebuah fosil menarik yang menunjukkan bahwa Neanderthal memiliki pengetahuan tentang pakaian: sebuah jarum berusia 26 ribu tahun. (D. Johanson, B. Edgar From Lucy to Language, hlm. 99).  |                  
Menurut perkiraan evolusionis, Australopithecus hidup                dari 4 juta - 1 juta tahun lalu. Sedangkan makhluk hidup yang digolongkan                Homo habi-lis diduga hidup hingga 1,9-1,7 juta tahun lalu. Homo                rudolfensis, yang dianggap lebih "maju" daripada Homo habilis, diketahui                berusia sekitar 2,8-2,5 juta tahun! Dengan kata lain, Homo rudolfensis                hampir 1 juta tahun lebih tua dari Homo habilis, sang "nenek moyang".                Di lain pihak, periode Homo erectus adalah sekitar 1,8-1,6 juta                tahun lalu. Artinya, spesimen Homo erectus muncul di bu-mi pada                selang waktu sama dengan Homo habilis, yang disebut sebagai nenek                moyangnya .
Alan Walker memperkuat fakta ini dengan menyatakan bahwa                "terdapat bukti dari Afrika Timur tentang sejumlah kecil Australopithecus                yang bertahan hidup sezaman dengan H. habilis, lalu dengan H. erectus." Louis                Leakey pun telah menemukan fosil-fosil Australopithecus, Homo habilis                dan Homo erectus yang berdekatan satu sama lain di wilayah Celah                Olduvai, lapisan Bed II.
Jadi pastilah, tidak ada silsilah kekerabatan seperti                itu. Ahli paleontologi dari Universitas Harvard, Stephen Jay Gould,                menjelaskan jalan buntu bagi evolusi ini meskipun ia sendiri seorang                evolusionis:
Apa jadinya dengan urutan yang kita susun, jika ada tiga keturunan hominid hidup bersama (A. africanus, A. robustus, dan H. habilis), dan tidak satu pun dari mereka menjadi keturunan dari yang lain? Lagipula, tidak satu pun dari ketiganya memperlihatkan kecenderungan evolusi semasa mereka hidup di bumi.
Jika kita beralih dari Homo erectus ke Homo sapiens,                kita kembali melihat bahwa tidak ada silsilah untuk dibicarakan.                Ada bukti yang menunjukkan bahwa Homo erectus dan Homo sapiens kuno                hidup hingga 27.000 tahun dan bahkan 10.000 tahun sebelum masa kita.                Dalam rawa Kow di Australia, tengkorak Homo erectus berusia sekitar                13.000 tahun telah ditemukan. Di pulau Jawa, sebuah tengkorak Homo                erectus yang ditemukan berumur sekitar 27.000 tahun.
Sejarah Rahasia Homo sapiens
![]() Salah satu literatur berkala evolusionis, Discover, menampilkan wajah manusia berusia 800.000 tahun pada sampul depan dengan pertanyaan evolusionis "Inikah wajah masa lampau kita?".  |                  
Fakta paling menarik dan penting yang menggugurkan landasan                utama silsilah imajiner teori evolusi ini adalah sejarah manusia                modern, yang ternyata cukup tua. Data paleoantropologi mengungkapkan                bahwa orang-orang Homo sapiens yang persis sama dengan kita, telah                hidup pada satu juta tahun lalu.
Orang yang menemukan bukti pertama dalam hal ini adalah                Louis Leakey, seorang ahli paleoantropologi evolusionis. Pada ta-hun                1932, di daerah Kanjera sekitar Danau Victoria di Kenya, Leakey                menemukan be-berapa fosil yang berasal dari zaman Pleistosin Tengah.                Fosil itu ternyata tidak berbeda dengan manusia modern. Akan tetapi,                zaman Pleistosin Tengah berarti satu juta tahun lalu. 
Karena penemuan ini membalikkan silsilah keturunan                evolusi, sejumlah ahli paleoantropologi evolusionis tidak mau mengakuinya.                Namun Leakey selalu bertahan bahwa perkiraannya benar.
Ketika kontroversi ini hampir terlupakan, sebuah fosil                ditemukan di Spanyol pada tahun 1995 dan dengan sangat gamblang                menunjukkan bahwa sejarah Homo sapiens ternyata jauh lebih tua dari                yang diperkirakan. Fosil tersebut ditemukan di sebuah gua bernama                Gran Dolina di wilayah Atapuerca di Spanyol oleh tiga orang ahli                paleoantropologi Spanyol dari Universitas Madrid. Fosil tersebut                adalah wajah anak laki-laki berusia 11 tahun yang sepenuhnya tampak                seperti manusia modern. 
Padahal, fosil tersebut telah berusia 800.000                tahun sejak ia meninggal. Majalah Discover memuat rincian kisah                ini pada Desember 1997.
Fosil tersebut bahkan menggoyahkan keyakinan Ferreras,                yang memimpin penggalian Gran Dolina. Ia berujar:
Kami mengharapkan sesuatu yang signifikan, sesuatu yang                besar, sesuatu yang bombastis..., sesuatu yang "primitif". Harapan                kami terhadap seorang anak berusia 800.000 tahun adalah sesuatu                seperti Anak Lelaki Turkana. Dan apa yang ka-mi temukan adalah wajah                yang sama sekali modern…. Bagi saya hal ini sangat spektakuler…                sesuatu yang mengguncangkan. 
Menemukan sesuatu yang sama sekali                tidak diharapkan seperti itu.... Bukan tentang masalah menemukan                fosil; menemukan fosil bisa juga mengejutkan, dan tidak jadi masalah.                Namun hal yang paling spektakuler adalah menemukan sesuatu yang                Anda kira berasal dari zaman sekarang, di masa lam-pau. Sama halnya                dengan menemukan sesuatu seperti… seperti tape recorder di Gran                Dolina. Itu akan sangat mengejutkan. Kami tidak mengharapkan                ada kaset dan tape recorder pada zaman Pleistosin Awal. Menemukan                wajah modern begitu pula. Kami sangat terkejut melihatnya.
Fosil tersebut menegaskan fakta bahwa sejarah Homo sapiens                harus ditarik ke belakang hingga 800 ribu tahun lalu. Setelah pulih                dari keterkejutannya, evolusionis yang menemukan fosil tersebut                memutuskan bahwa fosil ini berasal dari spesies yang berbeda, sebab                menurut silsilah keturunan evolusi, tidak ada Homo sapiens yang                pernah hidup 800 ribu tahun lalu. Jadi, mereka mengarang sebuah                spesies baru bernama "Homo antecessor" dan memasukkan tengkorak                Atapuerca ke dalam kelompok ini.
![]() Temuan pondok berusia 1,7 juta tahun telah mengagetkan kalangan ilmuwan. Pondok ini tampak seperti pondok yang digunakan orang-orang Afrika sekarang.  |                  
Sebuah Pondok Berusia 1,7 Juta Tahun
Telah banyak temuan yang menunjukkan bahwa usia Homo                sapiens bahkan lebih awal dari 800 ribu tahun. Satu di antaranya                adalah penemuan Louis Leakey di awal tahun 1970-an di Celah Olduvai.                Di tempat ini, di lapisan Bed II, Leakey menemukan bahwa spesies                Australopithecus, Homo habilis dan Homo erectus hidup pada masa                yang sama. Bahkan yang lebih menarik lagi adalah sebuah bangunan                yang juga ditemukan Leakey pada lapisan Bed II. Di sini, Leakey                menemukan sisa-sisa pondok batu. 
Yang tidak biasa dari peristiwa                ini adalah bahwa konstruksi ini, yang masih digunakan di sejumlah                daerah di Afrika, hanya dapat dibangun oleh Homo sapiens! Jadi,                menurut temuan Leakey, Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus                dan manusia modern tentu hidup pada masa yang sama sekitar 1,7 juta                tahun lalu.
Penemuan ini dengan pasti menggugurkan teori evolusi                yang menyatakan bahwa manusia modern berevolusi dari spesies mirip                kera seperti Australopithecus.
Jejak Kaki Manusia Modern, Berusia                3,6 Juta Tahun!
Sejumlah penemuan lain merunut asal usul manusia modern                hingga 1,7 juta tahun yang lalu. Salah satu dari temuan penting                ini adalah jejak-jejak kaki yang ditemukan di Laetoli, Tanzania                oleh Mary Leakey pada tahun 1977. Jejak-jejak kaki ini ditemukan                pada lapisan yang menurut perhitungan berusia 3,6 juta tahun. Yang                lebih penting lagi, jejak-jejak kaki ini tidak berbeda dari jejak                kaki manusia modern.
Jejak-jejak kaki yang ditemukan Mary Leakey kemudian                dipelajari sejumlah ahli paleoantropologi seperti Don Johanson dan                Tim White. Hasilnya sama. White menulis:
Tidak disangsikan lagi…. Jejak-jejak itu serupa dengan jejak kaki manusia modern. Jika jejak itu ditinggalkan di pasir pantai California sekarang, dan seorang anak berusia empat tahun ditanya tentangnya, ia akan langsung menjawab bahwa seseorang telah berjalan di sana. Ia tidak akan dapat membedakannya dengan seratus jejak kaki lain di pantai, begitu pula Anda.
![]() Jejak kaki Laetoli milik manusia modern, tetapi berusia jutaan tahun.  |                  
Setelah meneliti jejak tersebut, Louis Robbins dari Universitas                North California berkomentar sebagai berikut:
Pengujian-pengujian morfologis tetap menunjukkan bahwa                jejak-jejak kaki tersebut harus diakui berasal dari manusia, lebih                jauh lagi, manusia modern (Homo sapiens). Russell Tuttle yang mempelajari                ini menulis:
Penelitian yang jujur tentang jejak-jejak kaki tersebut                mengungkapkan pemilik sebenarnya. Pada kenyataan, jejak-jejak kaki                ini terdiri dari 20 jejak dari seorang manusia modern berusia 10                tahun yang membatu dan 27 jejak kaki dari seorang yang lebih muda.                Mereka benar-benar manusia modern seperti kita.
Situasi ini menjadikan jejak kaki Laetoli sebagai topik                diskusi selama bertahun-tahun. Para pakar paleoantropologi evolusionis                berupaya keras memikirkan sebuah penjelasan karena sulit bagi mereka                menerima kenyataan bahwa manusia modern telah berjalan di muka bumi                3,6 juta tahun lalu. Pada tahun 1990-an, "penjelasan" ini mulai                terbentuk. Evolusionis memutuskan bahwa jejak kaki ini tentunya                ditinggalkan oleh Australopithecus, sebab menurut teori mereka,                mustahil spesies homo ada 3,6 juta tahun lalu. Dalam artikelnya                pada tahun 1990, Russell H. Tuttle menulis sebagai berikut:
Singkatnya, jejak kaki berusia 3,5 juta tahun di situs G Laetoli menyerupai jejak manusia modern yang biasa bertelanjang kaki. Tidak ada ciri-ciri yang menunjukkan bahwa hominid Laetoli memiliki kemampuan bipedal yang lebih rendah dari kita. Kalau saja jejak pada situs G ini tidak diketahui setua itu, kami akan langsung menyimpulkan bahwa jejak tersebut dibuat oleh anggota genus Homo.... Dalam hal ini, kita harus mengesampingkan asumsi lemah bahwa jejak Laetoli telah dibuat oleh jenis Lucy, yaitu Australopithecus aferensis.
Dengan kata lain, jejak-jejak berumur 3,6 juta tahun                ini tidak mungkin milik Australopithecus. Satu-satunya alasan mengapa                jejak-jejak ini dianggap berasal darinya adalah karena jejak tersebut                berada pada lapisan vulkanik berumur 3,6 juta tahun. Jejak tersebut                dianggap milik Australopithecus dengan asumsi bahwa manusia tidak                mungkin telah hidup pada zaman seawal itu.
Penafsiran jejak Laetoli menunjukkan kepada kita suatu                realita yang sangat penting. Evolusionis mendukung teorinya tidak                dengan mempertimbangkan temuan ilmiah, tetapi justru mengabaikannya.                Di sini kita mendapati sebuah teori yang dibela secara membabi bu-ta,                dan semua temuan yang bertentangan dengan teori tersebut diabaikan                atau diselewengkan demi tujuan mereka.
Singkatnya, teori evolusi bukan ilmu pengetahuan, tetapi                dogma yang dijaga agar tetap hidup dengan mengabaikan ilmu pengetahuan.
Kebuntuan Bipedalisme bagi Evolusi
![]() Penelitian terakhir mengungkapkan bahwa tidak mungkin bagi kerangka bungkuk kera yang sesuai untuk berjalan kuadripedal berevolusi menjadi kerangka tegak manusia yang sesuai untuk berjalan bipedal.  |                  
Terlepas dari catatan fosil yang telah kita diskusikan,                lebarnya jarak perbedaan anatomis antara manusia dan kera juga menggugurkan                cerita rekaan evolusi manusia. Salah satu perbedaan ini berhubungan                dengan cara berjalan.
Manusia berjalan tegak dengan kedua kakinya. Suatu cara                bergerak yang sangat unik dan tidak didapati pada spesies-spesies                lain. Sebagian hewan memang memiliki kemampuan terbatas untuk bergerak                sembari berdiri dengan kedua kaki belakangnya. Hewan seperti beruang                dan monyet terkadang bergerak seperti ini ketika hendak menggapai                makanan, dan hanya selama beberapa saat. 
Normalnya, kerangka mereka                condong ke depan dan mereka berjalan dengan empat kaki.
Lalu kemudian, apakah bipedalisme merupakan hasil evolusi                dari cara berjalan monyet yang kuadripedal seperti yang diklaim                evolusionis?
Tentu saja tidak. Penelitian telah menunjukkan bahwa                evolusi bipedalisme tidak pernah dan tidak mungkin terjadi. Pertama,                cara berjalan bipedal bukan suatu keuntungan. Cara monyet bergerak                lebih mudah, lebih cepat dan lebih efisien daripada cara berjalan                bipedal manusia. 
Manusia tidak dapat meloncat dari satu pohon ke                pohon lain tanpa menyentuh tanah seperti simpanse, atau berlari                dengan kecepatan 125 km/jam seperti cheetah. Sebaliknya, karena                manusia berjalan dengan kedua kakinya, ia bergerak jauh lebih lambat                di atas tanah. Untuk alasan yang sama, manusia adalah salah satu                spesies yang paling tidak terlindung di alam, jika ditinjau dari                gerakan dan pertahanan. Menurut logika evolusi, monyet seharusnya                tidak berevolusi mengambil cara berjalan bipedal. Sebaliknya, manusialah                yang seharusnya berevolusi menjadi kuadripedal.
Kebuntuan lain dari klaim evolusi adalah bahwa cara berjalan                bipedal tidak sesuai dengan model "perkembangan bertahap" Darwinisme.                Model ini, yang menjadi dasar evolusi, mengharuskan adanya suatu                cara berjalan "gabungan" antara cara berjalan bipedal dan kuadripedal.                Tetapi penelitian komputer yang dilakukan Robin Crompton, seorang                ahli paleoantropologi Inggris pada tahun 1996 menunjukkan bahwa                "gabungan" ini mustahil terjadi. Crompton mencapai kesimpulan berikut                ini: Mahluk hidup hanya dapat berjalan tegak, atau dengan keempat                kakinya. Cara berjalan setengah-setengah antara bipedal                dan kuadripedal sangat menguras energi. Itu sebabnya tidak mungkin                ada makhluk setengah bipedal.
Jarak yang terlalu jauh antara manusia dan kera tidak                hanya meliputi bipedalisme. Masih banyak hal lain yang tidak dapat                diterangkan seperti kapasitas tengkorak, kemampuan ber-bicara, dan                sebagainya. Elaine Morgan, seorang ahli paleoantropologi evolusionis,                mengakuinya:
Empat misteri yang paling membingungkan tentang manusia adalah: 1) me-ngapa mereka berjalan dengan dua kaki? 2) mengapa mereka kehilangan seluruh bulu? 3) mengapa mereka mengembangkan otak yang besar? 4) mengapa mereka belajar berbicara?
Evolusi: Kepercayaan yang Tidak Ilmiah
Lord Solly Zuckerman adalah salah seorang peneliti terkemuka                dan terhormat di Inggris. Bertahun-tahun ia meneliti catatan fosil                dan melakukan banyak penyelidikan secara terperinci. Ia dianugerahi                gelar kebangsawanan "Lord" untuk kontribusinya bagi ilmu pengetahuan.                Zuckerman adalah seorang evolusionis. Jadi, komentarnya mengenai                evolusi tidak dapat dianggap sebagai pernyataan untuk menentang                teori evolusi. Setelah bertahun-tahun meneliti fosil yang digunakan                dalam skenario evolusi manusia, ia berkesimpulan bahwa silsilah                seperti itu tidak ada.
Zuckerman juga menyusun sebuah "spektrum ilmu pengetahuan"                yang menarik. Ia membentuk spektrum ilmu pengetahuan dari yang dianggapnya                ilmiah hingga tidak ilmiah. Menurut spektrum Zuckerman, yang paling                "ilmiah" tergantung pada data konkret-adalah bidang kimia dan fisika.                Setelah itu biologi, kemudian diikuti ilmu-ilmu sosial. Pada ujung                berlawanan, yang dianggap paling tidak "ilmiah", terdapat "extra-sensory                perception (ESP)"konsep seperti telepati dan indra keenam-dan terakhir                adalah "evolusi manusia". Zuckerman menjelaskan alasannya: 
Kita kemudian bergerak dari kebenaran objektif langsung ke bidang-bidang yang dianggap sebagai ilmu biologi, seperti extra sensory perception atau interpretasi sejarah fosil manusia. Dalam bidang-bidang ini, segala sesuatu mungkin terjadi bagi yang percaya, dan orang yang sangat percaya kadang-kadang mampu meyakini sekaligus beberapa hal yang saling kontradiktif.
Lalu, alasan apa yang membuat banyak ilmuwan berkeras                mempertahankan dogma ini? Mengapa mereka berusaha begitu keras mempertahankan                teori ini agar tetap hidup, walaupun harus mengalami berbagai konflik                dan membuang bukti-bukti yang mereka temukan sendiri?
Satu-satunya jawaban adalah ketakutan mereka akan fakta                yang harus mereka hadapi jika teori evolusi ini ditinggalkan. Fakta                bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan. Akan tetapi, mengingat praduga                dan filsafat materialistis mereka, penciptaan adalah konsep yang                tidak dapat diterima evolusionis.
Untuk alasan ini, mereka menipu diri sendiri serta semua                orang di dunia, melalui kerja sama dengan media massa. Jika mereka                tidak dapat menemukan fosil yang dibutuhkan, mereka akan "membuatnya"                baik dalam bentuk gambar rekaan atau model-model khayalan, dan mencoba                memberikan kesan bahwa fosil-fosil yang membuktikan teori evolusi                benar-benar ada. Sebagian media massa yang menganut pandangan materialistis                juga mencoba menipu masyarakat dan menanamkan kisah evolusi ke alam                bawah sadar manusia.
Sekeras apa pun mereka mencoba, kebenaran tetap jelas:                manusia muncul bukan melalui proses evolusi tetapi karena telah                diciptakan Tuhan. Karena itu, manusia bertanggung jawab kepada-Nya                betapa pun ia tidak ingin menerima tanggung jawab ini.
Baca Juga :
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. I
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. II
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. III
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. IV
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. V
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. VI
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. VII
Baca Juga :
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. I
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. II
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. III
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. IV
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. V
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. VI
Mempertanyakan Teori Evolusi - Bag. VII
 
                        







 









No comments:
Post a Comment