Pertanyaan 'Darimanakah Kita Berasal?' mungkin adalah salah satu pertanyaan tertua dalam sejarah peradaban manusia. Ketika kepercayaan - kepercayaan dan agama - agama muncul pertanyaan ini seakan terjawab sudah dengan berbagai cerita 'penciptaan' yang tertuang dalam kitab - kitab suci berbagai aliran kepercayaan dan agama yang ada di dunia, namun perkembangan selanjutnya membuat segala sesuatunya bertambah semakin rumit. Ketika seorang Charles Darwin mengemukakan teorinya mengenai Evolusi, dunia seakan terpecah menjadi dua kubu antara mereka yang meyakini teori penciptaan (Creationist) dengan mereka yang menganut Teori Evolusi (Darwinis/Evolutionist). Sebuah hal yang memberikan garis batas yang jelas antara Ilmu Pengetahuan (Sains) dengan Agama (Teologi) dan menimbulkan perdebatan tanpa henti diantara kedua kubu.
Sejak masih sekolah dasar kita selalu diajarkan tentang Teori Evolusi hingga kita menganggap hal ini sebagai sebuah kebenaran yang tak terbantahkan, namun agama juga mengajarkan kita mengenai penciptaan yang juga bersifat absolut. Dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini hampir semua orang akan menjawab bahwa teori evolusi adalah sebuah kebenaran yang mutlak (absolut), hanya sedikit orang yang akan menggunakan referensi agama apabila kita bertanya tentang asal muasal kehidupan. Namun sebagaimana ciptaan manusia yang lainnya pasti memiliki kekurangan dan selalu ada celah untuk memperbaiki hal tersebut. 
Tulisan ini saya buat sebagai sebentuk informasi yang semoga mampu membuat kita selalu berfikir kritis dan memahami keadaan sebagai sesuatu yang terus menerus berubah (constant changes). Artikel berikut (yang akan saya posting menjadi beberapa bagian) disadur dari tulisan-tulisan seorang ilmuwan Turki dengan nama pena Harun Yahya. Tulisan yang akan anda baca bukan sebagai penegasan bahwa saya adalah seorang creationist atau seorang evolusionist (karena saya percaya kedua hal ini seharusnya berjalan seimbang), namun semata - mata sebagai sebuah informasi yang patut kita telaah dan kita fikirkan secara mendalam sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, jadi selamat membaca dan selamat berakhir pekan...
Sejarah Singkat Teori Evolusi
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman                dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptaan.                Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan                gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah filsafat, kita akan                melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat pagan. 
Akan tetapi bukan filsafat pagan kuno                ini yang telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan                ilmu pengetahuan modern, melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya                mereka yang memelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya.                Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka berusaha menyingkap                rahasia jagat raya yang telah diciptakan Tuhan dan mengungkap hukum-hukum                dan detail-detail dalam ciptaan-Nya. 
Ahli Astronomi seperti Leonardo                da Vinci, Copernicus, Keppler dan Galileo; bapak                paleontologi, Cuvier; perintis botani dan zoologi, Linnaeus;                dan Isaac Newton, yang dijuluki sebagai "ilmuwan terbesar                yang pernah ada", semua mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak                hanya meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga bahwa keseluruhan alam                semesta adalah hasil ciptaan-Nya                Albert Einstein, yang dianggap sebagai orang                paling jenius di zaman kita, adalah seorang ilmuwan yang mempercayai                Tuhan dan menyatakan, "Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan                sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu. Ibaratnya: ilmu pengetahuan                tanpa agama akan pincang."
Salah seorang pendiri fisika modern,                dokter asal Jerman, Max Planck mengatakan bahwa setiap orang, yang                mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh, akan membaca                pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata: "Berimanlah".                Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuwan.
Teori evolusi merupakan buah filsafat                materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat                materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti                telah disebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan                alam semata melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan,                pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak                hidup, muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa                kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur.
 Akan tetapi, akal                manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan                sebuah kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan.                Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling                mendasar akal manusia ini, memunculkan "teori evolusi" di pertengahan                abad ke-19.
Orang yang mengemukakan teori evolusi                sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini, adalah seorang naturalis                amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin.
Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan                formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir                pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung                secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama                H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi                berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub                melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung                finch tertentu di kepulauan Galapagos. 
Ia mengira bahwa variasi                pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka                terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul                kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan".                Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara                terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek mo-yang yang sama                dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
![]()  | 
| Charles Darwin | 
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan                atau penelitian ilmiah apa pun; tetapi kemudian ia menjadikannya                sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi                materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu                yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan                sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang                menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu                individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya.                (Asal usul "sifat-sifat yang menguntungkan" ini belum diketahui                pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju                dari mekanisme ini.
Darwin menamakan proses ini "evolusi                melalui seleksi alam". Ia mengira telah menemukan "asal usul                spesies": suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan                pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species,                By Means of Natural Selection pada tahun 1859.
Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi                banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada bab "Difficulties                of the Theory". Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan                fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak                mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk hidup.                Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan                baru; tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan                yang sangat tidak memadai untuk sebagian kesulitan tersebut. Seorang                ahli fisika Amerika, Lipson, mengomentari "kesulitan-kesulitan"                Darwin tersebut:
Ketika membaca The Origin of Species,                  saya mendapati bahwa Darwin sendiri tidak seyakin yang sering                  dikatakan orang tentangnya; bab "Difficulties of the Theory" misalnya,                  menunjukkan keragu-raguannya yang cukup besar. Sebagai seorang                  fisikawan, saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya                  mengenai bagaimana mata terbentuk.
Saat menyusun teorinya, Darwin terkesan                oleh para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang                ahli biologi Perancis, Lamarck. Menurut Lamarck, makhluk hidup mewariskan                ciri-ciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi                ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh,                jerapah berevolusi dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan                itu terjadi dengan memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit                dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau dahan yang                lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis                Lamarck tentang "pewarisan sifat-sifat yang diperoleh" sebagai faktor                yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
FOKUS: Rasisme Darwin Salah satu aspek diri Darwin yang terpenting namun                        tidak banyak diketahui adalah pandangan rasisnya: Darwin                        menganggap orang-orang kulit putih Eropa lebih "maju" dibandingkan                        ras-ras manusia lainnya. Selain beranggapan bahwa manusia                        adalah makhluk mirip kera yang telah berevolusi, Darwin                        juga ber-pendapat bahwa beberapa ras manusia berkembang                        lebih maju dibandingkan ras-ras lain, dan ras-ras terbelakang                        ini masih memiliki sifat kera. Dalam bukunya The Descent                        of Man yang diterbitkannya setelah The Origin of Species,                        dengan berani ia berkomentar tentang "perbedaan-perbedaan                        besar antara manusia dari beragam ras". Dalam bukunya tersebut,                        Darwin berpendapat bahwa orang-orang kulit hitam dan orang                        Aborigin Australia sama dengan gorila, dan berkesimpulan                        bahwa mereka lambat laun akan "disingkirkan" oleh "ras-ras                        beradab". Ia berkata:
 Pendapat-pendapat Darwin yang                        tidak masuk akal ini tidak hanya dijadikan teori, tetapi                        juga diposisikan sebagai "dasar ilmiah" paling penting bagi                        rasisme. Dengan asumsi bahwa makhluk hidup berevolusi ketika                        berjuang mempertahankan hidup, Darwinisme bahkan dimasukkan                        ke dalam ilmu-ilmu sosial, dan dijadikan sebuah konsep yang                        kemudian dinamakan "Darwinisme Sosial".  Darwinisme Sosial berpendapat                        bahwa ras-ras manusia berada pada tingkatan berbeda-beda                        pada "tangga evolusi", dan ras-ras Eropa adalah yang paling                        "maju" di antara semua ras, sedangkan ras-ras lain masih                        memiliki ciri-ciri "kera". 
 1 Benjamin Farrington, What Darwin Really Said, London, Sphere Books, 1971, S. 54 ff. 2 Charles Darwin, The Descent of Man, 2. Aufl., New York, A.L. Burt Co., 1874, S. 178  | 
Namun Darwin dan Lamarck telah keliru,                sebab pada masa mereka, kehidupan hanya dapat dipelajari dengan                teknologi yang sangat primitif dan pada tahap yang sangat tidak                memadai. Bidang-bidang ilmu pengetahuan seperti genetika dan biokimia                belum ada sekalipun hanya nama. Karenanya, teori mereka harus bergantung                sepenuhnya pada kekuatan imajinasi.
Di saat gema buku Darwin tengah berkumandang,                seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel                menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak                banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat                perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu                genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen                dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul                DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke                dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan                dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
Perkembangan ini seharusnya membuat teori                Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini tidak                terjadi, karena ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merevisi,                memperbarui dan mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah.                Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari                bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan ideologis, bukan sekadar                kepentingan ilmiah.
Usaha Putus Asa Neo-Darwinisme
Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis                karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat pertama                abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekad                bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka                berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Geological Society                of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins                dan Theodosius Dobzhansky, ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian                Huxley, ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson dan Glenn                L. Jepsen, dan ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan                Sewall Right, setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara                untuk "menambal sulam" Darwinisme.
Kader-kader ini berfokus kepada pertanyaan                tentang asal usul variasi menguntungkan yang diasumsikan menjadi                penyebab makhluk hidup berevolusi -sebuah masalah yang tidak                mampu dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung                pada teori Lamarck. Gagasan mereka kali ini adalah "mutasi acak"                (random mutations). Mereka menamakan teori baru ini "Teori                Evolusi Sintetis Modern" (The Modern Synthetic Evolution Theory),                yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi                alam Darwin. Dalam waktu singkat, teori ini dikenal sebagai "neo-Darwinisme"                dan mereka yang mengemukakannya disebut "neo-Darwinis".
Beberapa dekade berikutnya menjadi era                perjuangan berat untuk membuktikan kebenaran neo-Darwinisme. Telah                diketahui bahwa mutasi - atau "kecelakaan" - yang                terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu membahayakan. Neo-Darwinis                berupaya memberikan contoh "mutasi yang menguntungkan" dengan melakukan                ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi semua upaya mereka berakhir                dengan kegagalan total.
Mereka juga berupaya membuktikan bahwa                makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi                bumi primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi                eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen                yang bertujuan membuktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara                kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa                tidak ada satu pun protein, yang merupakan molekul penyusun kehidupan,                dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel, yang menurut anggapan                evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan                tidak terkendali, tidak dapat disintesis oleh laboratorium-laboratorium                abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.
Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan                pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan                dunia mana pun "bentuk-bentuk transisi" yang diasumsikan teori neo-Darwinis                sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif                ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan                bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata                memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka                tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
Neo-Darwinisme memang tidak pernah menjadi                teori ilmiah, tapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak                bisa disebut sebagai semacam "agama". Oleh karena itu, pendukung                teori evolusi masih saja mempertahankannya meskipun bukti-bukti                berbicara lain. Tetapi ada satu hal yang mereka sendiri tidak sependapat,                yaitu model evolusi mana yang "benar" dari sekian banyak model yang                diajukan. Salah satu hal terpenting dari model-model tersebut adalah                sebuah skenario fantastis yang disebut "punctuated equilibrium".                
Coba-Coba: Punctuated Equilibrium
Sebagian besar ilmuwan yang mempercayai                evolusi menerima teori neo-Darwinis bahwa evolusi terjadi secara                perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini, telah                dikemukakan sebuah model lain yang dinamakan "punctuated equilibrium".                Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yang terjadi secara                kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, model ini menyatakan                evolusi terjadi dalam "loncatan" besar yang diskontinu.
![]()  | 
| Sthephen Jay Gould | 
Pembela fanatik pendapat ini pertama                kali muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya, dua orang ahli paleontologi                Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould, sangat                sadar bahwa pernyataan neo-Darwinis telah diruntuhkan secara absolut                oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk                hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi muncul tiba-tiba                dan sudah terbentuk sepenuhnya. 
Hingga sekarang neo-Darwinis senantiasa                berharap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari akan ditemukan.                Eldredge dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun                di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi.                Karena itulah akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang                disebut punctuated equilibrium tadi. Inilah model yang menyatakan                bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor, namun                dalam per-ubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai                contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang                merintis jalan bagi Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung                pertama muncul dari sebutir telur reptil, sebagai "mutasi besar-besaran"                (gross mutation), yakni akibat "kecelakaan" besar yang                terjadi pada struktur gen. Menurut teori tersebut, seekor binatang                darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan menyeluruh                secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan                hukum-hukum genetika, biofisika dan biokimia ini, sama ilmiahnya                dengan dongeng katak yang menjadi pangeran! Dalam ketidakberdayaan                karena pandangan neo-Darwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli                paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang                bahkan lebih ganjil daripada neo-Darwinisme itu sendiri. 
Satu-satunya tujuan model ini adalah                memberikan penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang                tidak dapat dijelaskan model neo-Darwinis. Namun, usaha menjelaskan                kekosongan fosil dalam evolusi burung dengan pernyataan bahwa "seekor                burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur reptil" sama sekali                tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh evolusionis sendiri, evolusi                dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan perubahan besar informasi                genetis yang menguntungkan. Akan tetapi, tidak ada mutasi yang memperbaiki                informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya. Mutasi                hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian, "mutasi besar-besaran"                yang digambarkan oleh model punctuated equilibrium hanya akan menyebabkan                pengurangan atau perusakan "besar-besaran" pada informasi genetis.
Lebih jauh lagi, model punctuated                equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya                menjawab pertanyaan tentang asal usul kehidupan; pertanyaan serupa                yang menggugurkan model neo-Darwinis sejak awal. Karena tidak satu                protein pun yang muncul secara kebetulan, perdebatan mengenai apakah                organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi                secara "tiba-tiba" atau "bertahap" tidak masuk akal. 

Ketika Darwin mengajukan asumsinya, disiplin-disiplin                        ilmu genetika, mikrobiologi, dan biokimia belum ada. Seandainya                        ilmu-ilmu ini ditemukan sebelum Darwin mengajukan teorinya,                        ia akan dengan mudah menyadari bahwa teorinya benar-benar                        tidak ilmiah dan tidak akan berupaya mengemukakan pernyataan-pernyataan                        tanpa arti. Informasi yang menentukan spesies terdapat dalam                        gen dan tidak mungkin seleksi alam memproduksi spesies baru                        melalui perubahan gen.
Kajian-Kajian mendalam tentang                              sel hanya munkin setelah panamuan mikroskop elektron.                              Pada masa Darwin, dengan mikroskop primitif seperti                              ini, hanya mungkin untuk mengamati permukan luar sebuah                              sel.  
Begitu                        pula, dunia ilmu pengetahuan pada saat itu hanya memiliki                        pemahaman yang dangkal dan kasar tentang struktur dan fungsi                        sel. Jika Darwin memiliki kesempatan mengamati sel dengan                        menggunakan mikroskop elektron, dia mungkin akan menyaksikan                        kerumitan dan struktur yang luar biasa dalam bagian-bagian                        kecil sel. Dia akan menyaksikan dengan mata kepala sen-diri                        bahwa tidak mungkin sistem yang demikian rumit dan kompleks                        terjadi melalui variasi minor. Jika ia mengenal biomatematika,                        maka dia akan menyadari bahwa jangankan keseluruhan sel,                        bahkan sebuah molekul protein saja, tidak mungkin muncul                        secara kebetulan.
Kendati demikian, neo-Darwinisme masih menjadi                model yang terlintas dalam pikiran ketika "evolusi" menjadi pokok                perbincangan dewasa ini. Dalam bab-bab selanjutnya, kita akan melihat                dua mekanisme rekaan model neo-Darwinis, kemudian memeriksa catatan                fosil untuk menguji model ini. Setelah itu, kita akan membahas pertanyaan                tentang asal usul kehidupan yang menggugurkan model neo-Darwinis                dan semua model evolusionis lain seperti "evolusi dengan lompatan"                (evolution by leaps).
![]()  |                    ![]()  |                    ![]()  |                    ![]()  |                    ![]()  |                  
![]()  |                    ![]()  |                    ![]()  |                    ![]()  |                    ![]()  |                  
Dewasa                        ini, puluhan ribu ilmuwan di seluruh dunia, terutama di                        AS dan Eropa, menolak teori evolusi dan telah menerbitkan                        banyak buku tentang ketidakbenaran teori tersebut. Di samping                        ini beberapa contohnya.  | ||||
Sebelumnya, ada baiknya meng-ingatkan                pembaca bahwa fakta yang akan kita hadapi di setiap tahap adalah                bahwa skenario evolusi merupakan sebuah dongeng belaka, kebohongan                besar yang sama sekali bertentangan dengan dunia nyata. Ini adalah                sebuah skenario yang telah digunakan untuk membohongi dunia selama                140 tahun. Berkat penemuan-penemuan ilmiah terakhir, usaha kontinu                mempertahankan teori tersebut akhirnya menjadi mustahil. Bersambung.....

Salah satu aspek diri Darwin yang terpenting namun                        tidak banyak diketahui adalah pandangan rasisnya: Darwin                        menganggap orang-orang kulit putih Eropa lebih "maju" dibandingkan                        ras-ras manusia lainnya. Selain beranggapan bahwa manusia                        adalah makhluk mirip kera yang telah berevolusi, Darwin                        juga ber-pendapat bahwa beberapa ras manusia berkembang                        lebih maju dibandingkan ras-ras lain, dan ras-ras terbelakang                        ini masih memiliki sifat kera. Dalam bukunya The Descent                        of Man yang diterbitkannya setelah The Origin of Species,                        dengan berani ia berkomentar tentang "perbedaan-perbedaan                        besar antara manusia dari beragam ras". Dalam bukunya tersebut,                        Darwin berpendapat bahwa orang-orang kulit hitam dan orang                        Aborigin Australia sama dengan gorila, dan berkesimpulan                        bahwa mereka lambat laun akan "disingkirkan" oleh "ras-ras                        beradab". Ia berkata:













No comments:
Post a Comment