Ini adalah bagian kedua dari serangkaian seri tulisan Mempertanyakan Kebenaran Teori Evolusi, jadi bagi para readers yang belum sempat membaca tulisan pertama silahkan baca Mempertanyakan Kebenaran Teori Evolusi - Bag I sebelum melanjutkan membaca tulisan ini.
Mekanisme Khayalan Teori Evolusi
Model neo-Darwinis, yang dapat kita anggap                sebagai teori evolusi yang "paling diakui" saat ini, menyatakan                bahwa kehidupan telah mengalami perubahan atau berevolusi melalui                dua mekanisme alamiah: "seleksi alam" dan "mutasi". Dasar teori                ini sebagai berikut: seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme                yang saling melengkapi. Modifikasi evolusioner berasal dari mutasi                secara acak yang terjadi pada struktur genetis makhluk hidup. Sifat-sifat                yang ditimbulkan oleh mutasi kemudian diseleksi melalui mekanisme                seleksi alam dan dengan demikian makhluk hidup berevolusi.
Akan tetapi jika teori ini kita teliti                lebih jauh, ternyata mekanisme evolusi semacam ini tidak ada sama                sekali, sebab tidak ada kontribusi dari seleksi alam maupun mutasi                kepada pernyataan bahwa beragam spesies telah berevolusi dan berubah                dari satu spesies menjadi spesies yang lain.
Seleksi Alam
Sebagai suatu proses alamiah, seleksi                alam telah dikenal ahli biologi sebelum Darwin, yang mendefinisikannya                sebagai "mekanisme yang menjaga agar spesies tidak berubah tanpa                menjadi rusak". Darwin adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa                proses ini memiliki kekuatan evolusi. Ia kemudian membangun seluruh                teorinya berlandaskan pernyataan tersebut. Seleksi alam sebagai                dasar teori Darwin ditunjukkan oleh judul yang ia berikan pada bukunya:                The Origin of Species, by means of Natural Selection....
Akan tetapi, sejak masa Darwin, tidak                pernah dikemukakan sebuah bukti pun yang menunjukkan bahwa seleksi                alam telah menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Colin Patterson,                seorang ahli paleontologi senior pada Museum of Natural History                di Inggris, yang juga seorang evolusionis terkemuka, menegaskan                bahwa seleksi alam tidak pernah ditemukan memiliki kekuatan yang                menyebabkan sesuatu berevolusi: 
Tidak seorang pun pernah menghasilkan suatu spesies melalui mekanisme seleksi alam, bahkan sekadar untuk mendekatinya. Kebanyakan perdebatan dalam neo-Darwinisme sekarang ini adalah seputar pertanyaan ini.
Seleksi alam menyatakan bahwa makhluk-makhluk                hidup yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam habitatnya                akan mendominasi dengan cara memiliki keturunan yang mampu bertahan                hidup, sebaliknya yang tidak mampu akan punah. Sebagai contoh, dalam                sekelompok rusa yang hidup di bawah ancaman hewan pemangsa, secara                alamiah rusa-rusa yang mampu berlari lebih kencang akan bertahan                hidup. Itu memang benar. Akan tetapi, hingga kapan pun proses ini                berlangsung, tidak akan membuat rusa-rusa tersebut menjadi spesies                lain. Rusa akan tetap menjadi rusa.
Kita akan melihat bahwa contoh-contoh                seleksi alam yang dikemukakan evolusionis tidak lain hanyalah usaha                untuk mengelabui.
"Penggelapan Warna karena Pengaruh                Industri" 
Pada tahun 1986, Douglas Futuyma menerbitkan                sebuah buku, The Biology of Evolution, yang diterima sebagai                salah satu sumber paling eksplisit menjelaskan teori evolusi melalui                seleksi alam. Contohnya yang paling terkenal adalah mengenai warna                populasi ngengat, yang tampak menjadi lebih gelap selama Revolusi                Industri di Inggris. 
Menurut kisahnya, pada awal Revolusi                Industri di Inggris, warna kulit batang pohon di sekitar Manchester                benar-benar terang. Karena itu, ngengat berwarna gelap yang hinggap                pada pohon-pohon tersebut mudah terlihat oleh burung-burung pemangsa,                sehingga mereka memiliki kemungkinan hidup yang rendah. Lima puluh                tahun kemudian, akibat polusi, warna kulit kayu menjadi lebih gelap,                dan saat itu ngengat berwarna cerah menjadi yang paling mudah diburu. 
Akibatnya, jumlah ngengat berwarna cerah berkurang, sementara populasi                ngengat berwarna gelap meningkat karena mereka tidak mudah terlihat.                Evolusionis menggunakan ini sebagai bukti kuat teori mereka. Mereka                malah berlindung dan menghibur diri di balik etalase dengan menunjukkan                bahwa ngengat berwarna cerah "telah berevolusi" menjadi ngengat                berwarna gelap. 
 Contoh penggelapan warna karena pengaruh                        industri jelas bukan bukti evolusi, sebab proses ini tidak                        memunculkan jenis ngengat baru. Seleksi hanya terjadi di                        antara varietas yang telah ada.  |                  
Seharusnya sudah sangat jelas bahwa keadaan ini                sama sekali tidak dapat digunakan sebagai bukti teori evolusi, karena                seleksi alam tidak memunculkan bentuk baru yang sebelumnya tidak                ada. Ngengat berwarna gelap sudah ada dalam populasi ngengat sebelum                Revolusi Industri. Yang berubah hanya proporsi relatif dari varietas                ngengat yang ada. Ngengat tersebut tidak mendapatkan sifat atau                organ baru, yang memunculkan "spesies baru". Sedangkan agar seekor                ngengat berubah menjadi spesies lain, menjadi burung misalnya, penambahan-penambahan                baru harus terjadi pada gen-gennya. Dengan kata lain, program genetis                yang sama sekali berbeda harus dimasukkan untuk memuat informasi                mengenai sifat-sifat fisik burung.
Singkatnya, seleksi alam tidak mampu                menambahkan organ baru pada makhluk hidup, menghilangkan organ,                atau mengubah makhluk itu menjadi spesies lain. Hal ini sungguh                bertentangan dengan khayalan evolusionis. Bukti "terbesar" tadi                dikemukakan karena Darwin hanya mampu mencontohkan "Melanisme industri"                pada ngengat-ngengat di Inggris. 
Dapatkah Seleksi Alam Menjelaskan                Kompleksitas?
Seleksi alam sama sekali tidak memberikan                kontribusi kepada teori evolusi, sebab mekanisme ini tidak pernah                mampu menambah atau memperbaiki informasi genetis suatu spesies.                Seleksi alam juga tidak dapat mengubah satu spesies menjadi spesies                lain: bintang laut menjadi ikan, ikan menjadi katak, katak menjadi                buaya, atau buaya menjadi bu-rung. Seorang pendukung fanatik teori                punctuated equilibrium, Gould, menyinggung kebuntuan seleksi alam                ini sebagai berikut:
Intisari Darwinisme terdapat dalam sebuah kalimat: seleksi alam merupakan kekuatan yang menciptakan perubahan evolusi. Tak ada yang menyangkal bahwa seleksi alam akan berperan negatif dengan menghilangkan individu-individu yang lemah. Menurut teori Darwin, itu berarti pula seleksi alam memunculkan individu-individu kuat.
Evolusionis juga menggunakan metode menyesatkan                lainnya dalam masalah seleksi alam: mereka berusaha menampilkan                mekanisme ini sebagai "perancang yang memiliki kesadaran". Akan                tetapi, seleksi alam tidak memiliki kesadaran. Seleksi alam                tidak memiliki kehendak yang dapat menentukan apa yang baik dan                yang buruk bagi makhluk hidup. Karenanya, seleksi alam tidak dapat                menjelaskan sistem-sistem biologis dan organ-organ yang memiliki                "kompleksitas tak tersederhanakan" (irreducible complexity). 
Sistem-sistem dan organ-organ ini tersusun atas kerja sama sejumlah                besar bagian, dan tidak berfungsi jika ada satu saja bagian yang                hilang atau rusak. (Contohnya, mata manusia tidak berfungsi kecuali                jika semua detailnya ada). Jadi, kehendak yang menyatukan bagian-bagian                tersebut seharusnya mampu memperkirakan masa depan dan langsung                mengarah pada keuntungan yang perlu dicapai pada tahapan terakhir. 
Karena seleksi alam tidak memiliki kesadaran atau kehendak, seleksi                alam tidak dapat melakukan hal seperti itu. Fakta ini, yang juga                menghancurkan pondasi teori evolusi, telah membuat Darwin khawatir:                "Jika dapat ditunjukkan suatu organ kompleks, yang tidak mungkin                terbentuk melalui banyak modifikasi kecil bertahap, maka teori saya                akan sepenuhnya runtuh."  
![]() ![]() Seleksi alam berperan sebagai mekanisme pengeliminasi individu-individu lemah dalam suatu spesies. Ini adalah kekuatan konservasi yang menjaga spesies yang ada dari kepunahan. Namun mekanisme ini tidak memiliki kemampuan mengubah satu spesies ke spesies lain.  |                  
Seleksi alam hanya mengeliminir individu-individu suatu spesies                yang cacat, lemah atau tidak mampu beradaptasi dengan habitatnya.                Mekanisme ini tidak dapat menghasilkan spesies baru, informasi genetis                baru, atau organ-organ baru. Dengan demikian, seleksi alam tidak                mampu menyebabkan apa pun berevolusi.
 Darwin menerima kenyataan                ini dengan mengatakan: "Seleksi alam tidak dapat melakukan apa                pun sampai variasi-variasi menguntungkan berkebetulan terjadi". Karena itulah neo-Darwinisme harus                mengangkat mutasi sejajar dengan seleksi alam sebagai "penyebab                perubahan-perubahan menguntungkan". Akan tetapi, seperti yang akan                kita lihat, mutasi hanya dapat men-jadi "penyebab perubahan-perubahan                merugikan".
Mutasi
Mutasi didefinisikan sebagai pemutusan                atau penggantian yang terjadi pada molekul DNA, yang terdapat dalam                inti sel makhluk hidup dan berisi semua informasi genetis. Pemutusan                atau penggantian ini diakibatkan pengaruh-pengaruh luar seperti                radiasi atau reaksi kimiawi. Setiap mutasi adalah "kecelakaan" dan                merusak nukleotida-nukleotida yang membangun DNA atau mengubah posisinya.                Hampir selalu, mutasi menyebabkan kerusakan dan perubahan yang sedemikian                parah sehingga tidak dapat diperbaiki oleh sel tersebut.
Mutasi, yang sering dijadikan tempat                berlindung evolusionis, bukan tongkat sihir yang dapat mengubah                makhluk hidup ke bentuk yang lebih maju dan sempurna. Akibat langsung                mutasi sungguh berbahaya. Perubahan-perubahan akibat mutasi hanya                akan be-rupa kematian, cacat dan abnormalitas, seperti yang dialami                oleh penduduk Hiroshima, Nagasaki dan Chernobyl. Alasannya sangat                sederhana: DNA memiliki struktur teramat kompleks, dan pengaruh-pengaruh                yang acak hanya akan menyebabkan kerusakan pada struktur tersebut.                B.G. Ranganathan menyatakan:
Mutasi bersifat kecil, acak dan berbahaya. Mutasi pun jarang terjadi dan kalau-pun terjadi, kemungkinan besar mutasi itu tidak berguna. Empat karakteristik mutasi ini menunjukkan bahwa mutasi tidak dapat mengarah pada perkembangan evolusioner. Suatu perubahan acak pada organisme yang sangat terspesialisasi bersifat tidak berguna atau membahayakan.Gempa bumi tidak akan memperbaiki kota, tetapi menghancurkannya. Perubahan acak pada sebuah jam tidak dapat memperbaiki, malah kemungkinan besar akan merusaknya atau tidak berpengaruh sama sekali.
Tidak mengherankan, sejauh ini                tidak ditemukan satu mutasi pun yang berguna. Semua mutasi                telah terbukti membahayakan. Seorang ilmuwan evolusionis, Warren                Weaver, mengomentari laporan The Committee on Genetic Effects of                Atomic Radiation, sebuah komite yang meneliti mutasi yang mungkin                disebabkan oleh senjata-senjata nuklir selama Perang Dunia II, sebagai                berikut:
Banyak orang akan tercengang oleh pernyataan bahwa hampir semua gen mu-tan yang diketahui ternyata membahayakan. Jika mutasi adalah bagian penting dalam proses evolusi, bagaimana mungkin sebuah efek yang baik - evolusi ke bentuk kehidupan lebih tinggi - berasal dari mutasi yang hampir semuanya berbahaya?
Semua                        Mutasi Membahayakan  ![]() ![]()   Atas: Seekor lalat buah (drosophila) normal. Bawah: Seekor lalat buah dengan kaki tumbuh di kepala; mutasi akibat radiasi. Efek mutasi yang mengenaskan pada tubuh manusia. Bocah laki-laki di atas adalah korban kecelakaan instalasi nuklir Chernobyl.  |                  
Setiap upaya untuk "menghasilkan mutasi yang menguntungkan"                berakhir dengan kegagalan. Selama puluhan tahun, evolusionis melakukan                berbagai percobaan untuk menghasilkan mutasi pada lalat buah, karena                serangga ini bereproduksi sangat cepat sehingga mutasi akan muncul                dengan cepat pula. Dari generasi ke generasi lalat ini telah dimutasikan,                tetapi mutasi yang menguntungkan tidak pernah dihasilkan. Seorang                ahli genetika evolusionis, Gordon Taylor, menulis:
Seorang peneliti lain, Michael Pitman,                berkomentar tentang kegagalan percobaan-percobaan yang dilakukan                terhadap lalat buah:
Morgan, Goldschmidt, Muller, dan ahli-ahli genetika lain telah menempatkan beberapa generasi lalat buah pada kondisi ekstrem seperti panas, dingin, terang, gelap dan perlakuan dengan zat kimia dan radiasi. Segala macam jenis mutasi, baik yang hampir tak berarti maupun yang positif merugikan, telah dihasilkan. Inikah evolusi buatan manusia? Tidak juga. Hanya sebagian kecil monster buatan ahli-ahli genetika tersebut yang mungkin mampu bertahan hidup di luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya, mutan-mutan tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke bentuk asal.
Hal yang sama berlaku bagi manusia. Semua                mutasi yang teramati pada manusia mengakibatkan kerusakan berupa                cacat atau kelemahan fisik, misalnya mongolisme, sindroma                Down, albinisme, dwarfisme atau kanker. Namun, para evolusionis                berusaha mengaburkan permasalahan, bahkan dalam buku-buku pelajaran                evolusionis contoh-contoh mutasi yang merusak ini disebut sebagai                "bukti evolusi". Tidak perlu dikatakan lagi, sebuah proses yang                menyebabkan manusia cacat atau sakit tidak mungkin menjadi "mekanisme                evolusi" - evolusi seharusnya menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih                baik dan lebih mampu bertahan hidup.
Sebagai rangkuman, ada tiga alasan utama                mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti yang mendukung pernyataan                evolusionis:
1) Efek langsung dari mutasi membahayakan. Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi hampir selalu merusak makhluk hidup yang mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara tak sengaja pada sebuah struktur sempurna dan kompleks tidak akan mem-perbaiki struktur tersebut, tetapi merusaknya. Dan memang, tidak per-nah ditemukan satu pun "mutasi yang bermanfaat".
2) Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme. Partikel-partikel penyusun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak atau terbawa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup organ atau sifat baru. Mutasi hanya meng-akibatkan ketidaknormalan seperti kaki yang muncul di punggung, atau telinga yang tumbuh dari perut.
3) Agar dapat diwariskan pada                generasi selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel reproduksi                organisme tersebut. Perubahan acak yang terjadi pada sel                biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.                Sebagai contoh, mata manusia yang berubah aki-bat efek radiasi atau                sebab lain, tidak akan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Singkatnya, makhluk hidup tidak mungkin                berevolusi karena di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkannya.                Kenyataan ini sesuai dengan bukti-bukti catatan fosil, yang menunjukkan                bahwa skenario evolusi sangat menyimpang dari kenyataan. Bersambung.....
Baca Juga : Mempertanyakan Kebenaran Teori Evolusi - Bag. I





 
No comments:
Post a Comment