Braahmaa
srjayate lokam
Visnave paalakaa sthitam.
Rudretve sanharas ceva
Tri Murthi naama evaca.
(Bhuwana Kosa. III.78).
Maksudnya:
Batara Siwa menciptakan alam ini dengan wujud Dewa Brahma, dengan wujud Dewa Wisnu menjaga alam ini. Dengan wujud Dewa Rudra beliau mempralina alam ini. Itulah Dewa Tri Murti, tiga wujud itu hanya beda nama.
Dalam ajaran Hindu, Tuhan itu Esa hal ini dinyatakan dalam kitab Rgveda maupun kitab-kitab Sastra Hindu lainnya. Tuhan Yang Maha Esa itu memiliki kemahakuasaan yang tiada terbatas. Manusia hanya terbatas kemampuannya memahami kemahakuasaan Tuhan yang tiada terbatas itu.
Misalnya Tuhan diyakini sebagai maha pencipta, maha pelindung dan maha
pemralina. Tiga kemahakuasaan Tuhan itulah dalam kitab Bhuwana Kosa yang
dikutip di atas disebut Brahma, Wisnu dan Rudra. Itulah yang disebut Tri Murti.
Beliau itu satu hanya beda fungsi dan sebutan atau nama saja. Rudra ini juga
disebut Iswara. Dalam Bhuwana Kosa tersebut Tuhan disebut Siwa. Sebagai
pemralina atau melenyapkan sesuatu yang patut dilenyapkan Tuhan Siwa disebut
Rudra atau Iswara.
Dalam Lontar Barong Swari ada dinyatakan bahwa di bumi ini manusia diserang oleh wabah yang sangat hebat. Dari utara bumi ini diserang oleh wabah yang disebut Gering Lumintu. Dari barat diserang oleh Gering Amancuh. Dari Selatan diserang oleh Gering Rug Bhuana. Dari timur diserang oleh Gering Utah Bayar. Serangan wabah ini membuat hidup manusia benar-benar sangat menderita. (Gering = wabah)
Untuk mengatasi wabah tersebut manusia melakukan langkah-langkah sekala dan niskala. Langkah niskala yang dilakukan oleh manusia dipimpin oleh para pandita dan pinanditanya memanjatkan permohonan pada Tuhan Siwa. Tujuan permohonan itu untuk mendapatkan kekuatan spiritual melawan wabah tersebut.
Tuhan Siwa mengutus Dewa Tri Murti turun ke dunia untuk menuntun manusia melenyapkan penderitaan dan kesedihan tersebut. Dewa Brahma turun menjadi Topeng Bang. Dewa Wisnu turun menjadi Topeng Telek. Sedangkan Dewa Iswara turun menjadi Barong. Dengan pementasan Topeng Bang, Topeng Telek dan Barong ini Dewa Tri Murti memotivasi rohani umat manusia untuk bangkit mendapatkan kegembiraan rohani.
Dari kegembiraan rohani inilah akan muncul gagasan-gagasan cemerlang untuk mengatasi serangan wabah yang disebut gering itu. Dalam Lontar Babad Rangda dan Barong ada sedikit perbedaan mengenai simbol barong itu. Dalam babad tersebut barong itu dinyatakan sebagai perwujudan Banas Pati Raja. Banas Pati Raja itu artinya rajanya hutan atau pelindung hutan.
Cerita ini adalah pesan ajaran tattwa agama Hindu yang dikemas dalam bentuk mitologi. Untuk mengatasi penderitaan masyarakat hendaknya ditempuh langkah yang bersifat sekala atau nyata dan yang bersifat niskala. Pementasan barong yang umumnya disertai dengan tari Topeng Bang, dan Telek sebagai media untuk membangkitkan vibrasi spiritual pada masyarakat. Vibrasi spiritual itu untuk membangun kejernihan rohani.
Rohani yang jernih itu sebagai langkah awal membangun pemikiran yang jernih. Dari pikiran yang jenih akan muncul wacana dan langkah nyata untuk memberantas penyakit yang datang dari berbagai penjuru. Penyakit yang harus diberantas adalah penyakit fisik dan nonfisik. Demikian pula penyakit yang muncul karena rusaknya lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Mengatasi semuanya itu harus dimulai dari menguatkan daya spiritualitas. Daya spiritualitas itu datang dari kuatnya keyakinan umat pada Tuhan. Keyakinan dengan menguatkan daya spiritualitas itulah Tuhan akan menurunkan karunianya dalam wujud memberi kegembiraan rohani. Kegembiraan rohani itulah yang disimbolkan dengan pementasan barong lengkap dengan Topeng Bang dan Topeng Telek yang lemah lembut.
Kadang-kadang hanya ada barong yang Ngelawang mengelilingi desa. Lebih-lebih pada Sasih Kaenem (Bulan keenam dalam kalender Bali) banyak wabah terjadi. Saat itulah banyak desa pakraman barongnya Ngelawang. Barong ngelawang ini di masing-masing desa pakraman atau daerah tertentu tradisinya berbeda-beda. Tetapi, maknanya sama yaitu sebagai simbol untuk menghadirkan kekuatan suci Batara Iswara memotivasi umat menghilangkan segala sumber penyakit yang menyengsarakan masyarakat. Barong yang dinyatakan sebagai perwujudan Banas Pati Raja itu bermakna untuk memotivasi umat melindungi hutan. Hutan memiliki banyak fungsi dalam kehidupan ini.
Salah satu fungsinya sebagai penyerap air untuk dialirkan melalui danau dan
sungai-sungai. Air adalah unsur terpenting dari kehidupan seluruh makhluk hidup
di kolong langit ini. Barong ngelawang itu juga dimaksudkan untuk memotivasi
kesadaran umat melindungi hutan. Tanpa hutan air akan menghilang ke laut dan
juga menimbulkan banjir di kota. Akibatnya wabah pun merebak.
* I Ketut Gobyah
Visnave paalakaa sthitam.
Rudretve sanharas ceva
Tri Murthi naama evaca.
(Bhuwana Kosa. III.78).
Maksudnya:
Batara Siwa menciptakan alam ini dengan wujud Dewa Brahma, dengan wujud Dewa Wisnu menjaga alam ini. Dengan wujud Dewa Rudra beliau mempralina alam ini. Itulah Dewa Tri Murti, tiga wujud itu hanya beda nama.
Dalam ajaran Hindu, Tuhan itu Esa hal ini dinyatakan dalam kitab Rgveda maupun kitab-kitab Sastra Hindu lainnya. Tuhan Yang Maha Esa itu memiliki kemahakuasaan yang tiada terbatas. Manusia hanya terbatas kemampuannya memahami kemahakuasaan Tuhan yang tiada terbatas itu.
Besakih : Personifikasi Tri Murti |
Dalam Lontar Barong Swari ada dinyatakan bahwa di bumi ini manusia diserang oleh wabah yang sangat hebat. Dari utara bumi ini diserang oleh wabah yang disebut Gering Lumintu. Dari barat diserang oleh Gering Amancuh. Dari Selatan diserang oleh Gering Rug Bhuana. Dari timur diserang oleh Gering Utah Bayar. Serangan wabah ini membuat hidup manusia benar-benar sangat menderita. (Gering = wabah)
Untuk mengatasi wabah tersebut manusia melakukan langkah-langkah sekala dan niskala. Langkah niskala yang dilakukan oleh manusia dipimpin oleh para pandita dan pinanditanya memanjatkan permohonan pada Tuhan Siwa. Tujuan permohonan itu untuk mendapatkan kekuatan spiritual melawan wabah tersebut.
Tuhan Siwa mengutus Dewa Tri Murti turun ke dunia untuk menuntun manusia melenyapkan penderitaan dan kesedihan tersebut. Dewa Brahma turun menjadi Topeng Bang. Dewa Wisnu turun menjadi Topeng Telek. Sedangkan Dewa Iswara turun menjadi Barong. Dengan pementasan Topeng Bang, Topeng Telek dan Barong ini Dewa Tri Murti memotivasi rohani umat manusia untuk bangkit mendapatkan kegembiraan rohani.
Dari kegembiraan rohani inilah akan muncul gagasan-gagasan cemerlang untuk mengatasi serangan wabah yang disebut gering itu. Dalam Lontar Babad Rangda dan Barong ada sedikit perbedaan mengenai simbol barong itu. Dalam babad tersebut barong itu dinyatakan sebagai perwujudan Banas Pati Raja. Banas Pati Raja itu artinya rajanya hutan atau pelindung hutan.
Barong, Penjaga Niskala |
Cerita ini adalah pesan ajaran tattwa agama Hindu yang dikemas dalam bentuk mitologi. Untuk mengatasi penderitaan masyarakat hendaknya ditempuh langkah yang bersifat sekala atau nyata dan yang bersifat niskala. Pementasan barong yang umumnya disertai dengan tari Topeng Bang, dan Telek sebagai media untuk membangkitkan vibrasi spiritual pada masyarakat. Vibrasi spiritual itu untuk membangun kejernihan rohani.
Rohani yang jernih itu sebagai langkah awal membangun pemikiran yang jernih. Dari pikiran yang jenih akan muncul wacana dan langkah nyata untuk memberantas penyakit yang datang dari berbagai penjuru. Penyakit yang harus diberantas adalah penyakit fisik dan nonfisik. Demikian pula penyakit yang muncul karena rusaknya lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Mengatasi semuanya itu harus dimulai dari menguatkan daya spiritualitas. Daya spiritualitas itu datang dari kuatnya keyakinan umat pada Tuhan. Keyakinan dengan menguatkan daya spiritualitas itulah Tuhan akan menurunkan karunianya dalam wujud memberi kegembiraan rohani. Kegembiraan rohani itulah yang disimbolkan dengan pementasan barong lengkap dengan Topeng Bang dan Topeng Telek yang lemah lembut.
Kadang-kadang hanya ada barong yang Ngelawang mengelilingi desa. Lebih-lebih pada Sasih Kaenem (Bulan keenam dalam kalender Bali) banyak wabah terjadi. Saat itulah banyak desa pakraman barongnya Ngelawang. Barong ngelawang ini di masing-masing desa pakraman atau daerah tertentu tradisinya berbeda-beda. Tetapi, maknanya sama yaitu sebagai simbol untuk menghadirkan kekuatan suci Batara Iswara memotivasi umat menghilangkan segala sumber penyakit yang menyengsarakan masyarakat. Barong yang dinyatakan sebagai perwujudan Banas Pati Raja itu bermakna untuk memotivasi umat melindungi hutan. Hutan memiliki banyak fungsi dalam kehidupan ini.
Ngelawang : menetralisir energi negatif |
* I Ketut Gobyah
0 comments:
Komentar Anda