Thursday, March 17, 2011

Skala Bencana Nuklir Chernobyl 7...... Fukushima?

Dunia khawatir, ledakan di beberapa unit reaktor nuklir milik Jepang akan mengulang sejarah kelam bencana Chernobyl di Uni Soviet pada 1986. Ledakan reaktor di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi dipicu gempa berkekuatan 9 Skala Richter yang menggoyang negara itu, Jumat pekan lalu.



International Nuclear and Radiological Event Scale (INES) mencatat bahwa skala kecelakaan Chernobyl ada di level 7. Saat itu, lima juta orang di sekitar reaktor terkena radiasi dan menderita sejumlah penyakit, termasuk kanker. 

Korban radiasi nuklir Chernobyl (Paul Fusco)



Sementara di level sedikit rendah, 5, ada bencana kebocoran nuklir di Three Mile Island milik Amerika Serikat pada 1979. Artinya, bencana ditandai dengan melelehnya bahan bakar di teras.

Untuk mengetahui skala level kecelakaan nuklir di Jepang, KBRI Tokyo, Rabu kemarin mengumpulkan 10 ahli nuklir Indonesia yang rata-rata sedang mengambil gelar doktor di sejumlah universitas di Negeri Sakura. 

Kesepuluh ahli itu adalah Teddy Ardiansyah, M. Eng (Tokyo Institute of Technology),    Dr. Eng Azizul Khakim (Tokyo Institute of Technology), Deby Mardiansyah, M.Eng (Tokai University), Syeilendra Pramudita, M. Eng (Tokyo Institute of Technology), Asril Pramutadi A. Mustari, M.Eng (Tokyo Institute of Technology),   Dwi Irwanto, M.Si, M.Eng (Tokyo Institute of Technology), Arnoldus Lambertus Dipu, M.Eng (Tokyo Institute of Technology),  Muhammad Kunta Biddinika, M. Eng (Tokyo Institute of Technology), Liem Pheng Hong, Ph.D   (Tokyo Institute of Technology), dan Dr. Eng. Sidik Permana  (Tokyo Institute of Technology).

Para ahli ini seperti yang dimuat di laman KBRI menyimpulkan, kecelakaan di reaktor Fukushima Unit 1 sampai 4 termasuk dalam skala 4 dalam INES. Artinya, lingkup kecelakaan masih berada di sekitar PLTN Fukushima. Namun, kecelakaan ini mengakibatkan rusaknya gedung reaktor, kolam penurun tekanan (suppression pool) dan kebakaran pada gedung reaktor yang berfungsi untuk menyimpan bahan bakar bekas.

Ledakan yang terjadi adalah gas hidrogen yang terakumulasi akibat reaksi air dengan selongsong bahan bakar pada suhu tinggi. Namun pengungkung reaktor masih terjaga integritasnya dan mampu menahan bahan bakar nuklir. Selain itu, pengkungkung ini juga menjaga agar zat radioaktif yang keluar ke lingkungan, minimal.

Pemerintah Jepang memutuskan radius aman evakuasi sejauh 20 kilometer (km) dari PLTN dan mengimbau warganya yang berada antara 20-30 km untuk tetap tinggal di rumah. Kecelakaan ini tidak sampai mengakibatkan dampak yang lebih serius seperti kejadian Chernobyl maupun Three Mile Island. Pemerintah Jepang saat ini mengatakan, beberapa bahan bakar rusak. Namun, belum ada keterangan resmi apakah telah terjadi pelelehan bahan bakar.

Dosis radiasi terukur saat ini adalah 400.000 mikroSv/jam di daerah yang berdekatan dengan reaktor Fukushima yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Saat ini dosis terukur di Tokyo yang jaraknya sekitar 300 km adalah 0.147 mikroSv/jam (maksimum) dengan rata-rata 0,049 mikroSv/jam.

Sedangkan dosis aman untuk penduduk adalah 1000 mikroSv/tahun. Sebagai perbandingan dosis radiasi untuk sekali rontgen adalah 600 mikroSv.

Ahli-ahli nuklir Indonesia ini merekomendasikan sejumlah langkah-langkah untuk pengamanan WNI di negeri itu, yakni:

1.  Ring 1 (0-50 km)
Saat ini radius aman yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang adalah 30 km. Para pakar nuklir Indonesia menganggap radius 50 km sebagai wilayah aman evakuasi WNI. Hal ini untuk mengantisipasi kejadian terburuk yang dapat terjadi di lapangan karena sampai saat ini tidak dapat diprediksi apa yang akan terjadi di PLTN Fukushima.

2. Ring 2 (50-100 km)
Yang meliputi wilayah Ibaraki-ken (Kitaibaraki-shi, Takahagi-shi, Hitachi-shi), Miyagi-ken (Sendai-shi, Nattori-shi, Shiroishi-shi), Tochigi-ken (Nasushiobara-shi). Untuk WNI yang tinggal di ring 2 ini, pakar merekomendasikan: memakai pelindung yang dapat melindungi paparan radiasi terhadap kulit seperti masker, syal, kaus tangan; mengurangi keluar rumah jika tidak perlu; menghindari penggunaan exhaust fan; selalu menutup ruangan; dan hindari minum dari kran. (umi)





Sumber : VIVAnews

0 comments:

Komentar Anda